JAKARTA. Tahun 2004 bukanlah tahun baik untuk PT Latinusa Tbk. Pasalnya di tahun tersebut, produsen kaleng makanan itu merugi. Pendapatan Latinusa tahun lalu hanya sebesar US$ 172,46 juta. Angka ini turun 5% dibanding periode yang sama tahun sebelumnya, US$ 192,91 juta. Direktur Utama Latinusa, Ardhiman TA menjelaskan, penurunan ini dipicu oleh turunnya harga komoditas. "Otomatis, harga tinplate juga mengalami penurunan," katanya, Kamis (26/3). Harga yang sudah menurun, lanjut dia, masih ditekan lagi dengan membanjirnya produk tinplate impor. Banyak pesaing yang banting harga demi memperoleh konsumen. Persaingan harga ini membuat bisnis menjadi kurang kondusif. Dari sisi internal pun manajemen Latinusa belum mampu menjaga efisiensinya. Di tengah penurunan pendapatan, biaya keuangan perseroan mengalami kenaikan 84% menjadi US$ 1,24 juta. Inefisiensi tersebut membuat emiten berkode NIKL di bursa efek indonesia ini mencetak rugi US$ 7,14 juta. Padahal, tahun 2013 lalu NIKL masih mampu mencetak laba US$ 278 ribu. Untuk memperbaiki kinerja tersebut, tahun ini Latinusa bakal memanfaatkan keunggulan teknologi produksi yang tidak dimiliki oleh pesaing lain. Manajemen juga bakal mengoptimalkan efisiensi hasil produksi dan efisiensi biaya. "Langkah tersebut diharapkan mampu meningkatkan optimalisasi struktur biaya produksi selaras dengan produsen tinplate mancanegara, sehingga bisa menjadi bekal kami untuk meningkatkan daya saing produk," tutur Ardhiman. Sayang, ia enggan merinci efisiensi yang akan dilakukan dan target kinerjanya tahun ini. Yang pasti, kata dia, tahun ini perseroan telah menyiapkan US$ 1,1 juta dari cash flow perseroan untuk belanja modal. "Belanja modal tahun ini akan digunakan untuk penambahan utilisasi pabrik," tambah Direktur Keuangan Latinusa, Slamet Gunawan pada kesempatan yang sama. Saat ini, kapasitas produksi pabrik Latinusa sebesar 160.000 ton per tahun.
Tahun lalu merugi, Latinusa berbenah
JAKARTA. Tahun 2004 bukanlah tahun baik untuk PT Latinusa Tbk. Pasalnya di tahun tersebut, produsen kaleng makanan itu merugi. Pendapatan Latinusa tahun lalu hanya sebesar US$ 172,46 juta. Angka ini turun 5% dibanding periode yang sama tahun sebelumnya, US$ 192,91 juta. Direktur Utama Latinusa, Ardhiman TA menjelaskan, penurunan ini dipicu oleh turunnya harga komoditas. "Otomatis, harga tinplate juga mengalami penurunan," katanya, Kamis (26/3). Harga yang sudah menurun, lanjut dia, masih ditekan lagi dengan membanjirnya produk tinplate impor. Banyak pesaing yang banting harga demi memperoleh konsumen. Persaingan harga ini membuat bisnis menjadi kurang kondusif. Dari sisi internal pun manajemen Latinusa belum mampu menjaga efisiensinya. Di tengah penurunan pendapatan, biaya keuangan perseroan mengalami kenaikan 84% menjadi US$ 1,24 juta. Inefisiensi tersebut membuat emiten berkode NIKL di bursa efek indonesia ini mencetak rugi US$ 7,14 juta. Padahal, tahun 2013 lalu NIKL masih mampu mencetak laba US$ 278 ribu. Untuk memperbaiki kinerja tersebut, tahun ini Latinusa bakal memanfaatkan keunggulan teknologi produksi yang tidak dimiliki oleh pesaing lain. Manajemen juga bakal mengoptimalkan efisiensi hasil produksi dan efisiensi biaya. "Langkah tersebut diharapkan mampu meningkatkan optimalisasi struktur biaya produksi selaras dengan produsen tinplate mancanegara, sehingga bisa menjadi bekal kami untuk meningkatkan daya saing produk," tutur Ardhiman. Sayang, ia enggan merinci efisiensi yang akan dilakukan dan target kinerjanya tahun ini. Yang pasti, kata dia, tahun ini perseroan telah menyiapkan US$ 1,1 juta dari cash flow perseroan untuk belanja modal. "Belanja modal tahun ini akan digunakan untuk penambahan utilisasi pabrik," tambah Direktur Keuangan Latinusa, Slamet Gunawan pada kesempatan yang sama. Saat ini, kapasitas produksi pabrik Latinusa sebesar 160.000 ton per tahun.