JAKARTA. Kinerja PT Semen Indonesia Tbk (SMGR) pada tahun lalu tak begitu menggembirakan. Lihat saja, SMGR hanya mampu mencetak laba bersih sebesar Rp 4,52 triliun atau turun 18,71% dari capaian tahun sebelumnya yang mencatatkan laba bersih senilai Rp 5,56 triliun. Penurunan ini disebabkan membengkaknya beban pokok pendapatan yang mencapai Rp 16,30 triliun atau naik 5,7% dari sebelumnya Rp 15,41 triliun. Pendapatan SMGR pada tahun lalu mencapai Rp 26,94 triliun atau turun Rp 26,96 triliun. Selain itu, beban usaha perseroan juga meningkat dari sebelunnya RP 4,63 triliun menjadi Rp 4,75 triliun. Beban keuangan perseroan juga meningkat dari Rp 96,85 miliar menjadi Rp 128,92 miliar. Tak hanya itu, penjualan semen pada tahun lalu juga menyusut 1,71% dari Rp 26,03 triliun menjadi Rp 25,59 triliun. Sedangkan untuk penjualan kantong semen, tahun lalu meningkat 110% dari periode sebelumnya Rp 38,32 miliar menjadi Rp 80,57 miliar. Laba kotor perusahaan juga mengalami penurunan dari Rp 11,57 triliun menjadi Rp 10,64 triliun.
Agung Wiharto, Sekretaris Perusahaan SMGR mengatakan, penurunan terjadi karena porsi penjualan semen curah yang meningkat dari sebelumnya 23% menjadi 30%. Padahal, harga semen curah sendiri lebih murah dibandingkan dengan semen retail sehingga menarik revenue SMGR pada tahun lalu. "Laba bersih turun, tapi sebenarnya volume penjualan meningkat sedikit. Tapi harganya tidak naik atau harga flat, yang berbeda porsi curahnya justru lebih besar itu yang menarik margin keuntungan kita turun," ujarnya kepada KONTAN, Senin (22/2). Selain itu, beberapa cost perusahaan juga meningkat akibat dari kondisi perekonomian pada tahun lalu. Seperti diketahui, tahun lalu rupiah mengalami pelemahan terhadap dollar hingga menyentuh level Rp 14.000 per US$. Sehingga ada beban yang membuat perseroan harus mengeluarkan cost lebih pada tahun lalu.