Tahun Pemilu, Saham Big Bank Jadi Incaran Investor Asing



KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Dana asing masih mengalir deras ke pasar saham tanah air. Melansir data RTI, per Selasa (13/2), jumlah dana asing (net foreign buy) yang masuk ke pasar saham mencapai Rp 10,03 triliun secara year-to-date (YtD) di pasar reguler.

Dalam sepekan, asing mencatat aksi beli bersih senilai Rp 5,32 triliun di pasar reguler.

Kepala Riset Yuanta Sekuritas Chandra Pasaribu menilai, masuknya asing ke pasar saham domestik lebih disebabkan faktor daya tarik sektoral. 


Chandra mengamati, masuknya dana asing secara terbatas mengalir ke saham perbankan besar (big bank), yakni PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), PT Bank Mandiri Tbk (BMRI), dan  PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI).

Baca Juga: Simak Rekomendasi Saham BUMI dan MIDI Usai Masuk Indeks MSCI

Masuknya dana asing ini bersamaan dengan diumumkan hasil kinerja keuangan tahun 2023 dari ketiga bank tersebut.

“Sehingga dengan hasil yang bagus memicu adanya net buy asing,” kata Chandra kepada Kontan.co.id, Selasa (13/2).

Hemat Chandra, net buy asing saat ini bukan disebabkan karena sentimen pemilu.

Sebab, masuknya dana asing sangat terbatas ke saham perbankan besar saja, dan bukan masuk ke saham keping biru (blue chips) lainnya seperti PT Astra International Tbk (ASII), PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR), atau ke saham PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk (AMRT)

Saham BBCA menjadi saham dengan jumlah net buy terbesar sejak awal tahun, dimana net foreign buy di saham emiten perbankan swasta ini mencapai Rp 3,9 triliun.

Di posisi kedua ada saham BMRI dengan net foreign buy mencapai Rp 3,3 triliun, saham BBRI dengan net foreign buy Rp 2,5 triliun, dan saham PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) dengan net foreign buy Rp 810,9 miliar.

 
BBCA Chart by TradingView

Baca Juga: Dana Asing Masuk ke Pasar Modal Jelang Pemilu, Intip Rekomendasi Saham Berikut

Chandra melihat, asing akan cenderung melakukan strategi average up pasca pemilu.

“Seharusnya mereka lebih ke jangka panjang dan hold dengan sekaligus menunggu dividen dan turunnya tingkat bunga di AS,” sambung Chandra.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Tendi Mahadi