Tahun sepi bagi perhelatan IPO



JAKARTA. Tak seperti Jakarta pasca Lebaran, pasar modal Indonesia sepi wajah-wajah baru. Hingga pertengahan tahun ini, perusahaan yang mencatatkan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) baru 18 emiten. Nilai emisi IPO juga kecil, yakni Rp 4,89 triliun.

Di sisa tahun ini, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) baru memproses dua calon emiten yang siap go public di kuartal keempat. Keduanya adalah  pemilik jaringan toko buku Karisma, PT Karisma Aksara Mediatama, dan operator terbesar bisnis taksi, Grup Blue Bird.

Hoesen, Direktur Penilaian Perusahaan BEI, mengatakan, Kharisma akan melepas 20% saham. Nilai emisi pengelola toko buku ini diperkirakan tak sampai Rp 200 miliar.


Adapun Blue Bird mungkin siap menjaring dana cukup besar di pasar modal. Blue Bird dikabarkan sudah menunjuk Danareksa Sekuritas, Credit Suisse Group AG dan UBS AG sebagai penjamin emisi IPO. Operator taksi terbesar di Indonesia ini sebenarnya berniat IPO sejak tahun lalu, tapi terus tertunda.

Hoesen enggan membocorkan target nilai emisi Blue Bird. Tapi di rencana awal, beredar kabar, Blue Bird membidik US$ 450 juta. Blue Bird diperkirakan menjual 10% saham ke publik.

Sejak semester I, pasar modal sepi peminat IPO. Padahal, BEI menargetkan bisa menjaring 30 emiten baru di tahun ini. Hoesen masih optimistis, BEI bisa memenuhi target itu. "BEI tak memiliki target nilai emisi IPO, karena tergantung masing-masing perusahaan," jelas Hoesen, Kamis (14/8). Tahun lalu, jumlah IPO sebanyak 31 emiten dengan emisi sebesar Rp 16,75 triliun.

Keengganan perusahaan melakukan IPO bukan karena Indeks Harga Saham Gabungan melorot. Soalnya, laju IHSG masih bagus di tahun ini. Agustini Hamid, analis Recapital Securities, menilai, sentimen politik perhelatan  pilpres menyebabkan perusahaan lebih konservatif melihat prospek pasar modal. Masa transisi pemerintahan juga menjadi alasan kalangan pebisnis untuk mengerem segala aksi korporasi besar. 

Di sisi lain, pada semester kedua, belum ada perusahaan pelat merah berniat IPO. Dus, minat investor terbatas.

Analis Henan Putihrai, Ibnu Anjar Widodo, menilai, kini banyak perusahaan mencari dana lebih murah dari utang bank. Setelah terbentuk pemerintahan baru, minat IPO mungkin bergairah lagi.

Performa emiten baru pun tak terlalu istimewa. Rata-rata memiliki kapitalisasi pasar kecil. Hanya Wijaya Karya Beton (WTON) yang menjaring dana besar. Padahal, "Saat ini yang diharapkan bisa menggerakkan pasar adalah IPO baru," ujar Ibnu.

Itu sebabnya, IPO Blue Bird yang bernilai besar menjadi harapan terakhir IPO terbesar tahun ini. "Apalagi, transportasi darat prospektif untuk investasi jangka panjang," tutur Agustini. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Sanny Cicilia