Tahun suram bagi komoditas logam



JAKARTA. Pergerakan harga logam mulia pada paruh pertama tahun ini kurang menggembirakan. Krisis utang di Eropa yang berdampak pada pelemahan ekonomi negara-negara di dunia, meningkatkan risiko berinvestasi. Ini membuat pesona logam mulia sebagai alternatif investasi meredup. Investor lebih memilih menyimpan dananya di aset yang lebih aman.

Tengok saja nilai kontrak pengiriman emas unutk Agustus 2012 di Bursa Comex. Dalam sebulan, nilai derivatif itu melemah 2,53% menjadi 1.574,90 per troi ons, kemarin. Dibanding harga tertingginya di tahun ini, US$ 1.793,90 per troi ons, nilai kontrak emas sudah luruh 12,20%.

Analis Askap Futures, Suluh Wicaksono mengatakan, awal Januari 2012 harga emas dibuka di level US$ 1.572 per troi ons. Bila melihat harga pembukaan di awal tahun dan harga saat ini, pergerakan emas bisa dibilang jalan di tempat. “Puncak kejatuhan harga emas terjadi saat Pemilu Yunani digelar pada Juni lalu,” katanya.


Berbagai sentimen negatif di pasar global mewarnai fluktuasi harga emas. Menurut Suluh, sentimen pasar masih tertuju ke krisis utang Eropa dan lambatnya pertumbuhan ekonomi China. Ditambah lagi, perekonomian AS belum pulih benar.

Analis Realtimes Futures, Wahyu Tribowo Laksono, menambahkan, ketidakjelasan mengenai stimulus lanjutan yang akan digelontorkan The Federal Reserve (The Fed) ikut mengombang-ambingkan harga emas.

Selain emas, harga perak pun ikut melemah. Harga perak untuk kontrak pengiriman September 2012 hari ini ditutup di US$ 26,88 per troi ons. Dibanding sebulan lalu, harga perak melorot 5,51%. Sementara, jika dibanding harga tertingginya sejak awal tahun di harga US$ 37,31 per troi ons, harga perak telah terkoreksi sebesar 27,95%.

Suluh bilang, harga perak sejatinya lebih murah dari emas, namun di Indonesia investasi di logam satu ini sepi peminat. Emas masih menjadi primadona untuk berinvestasi di pasar futures.

Tahun suram logam

Head of Research Monex Investindo futures, Ariston Tjendra menilai, penurunan harga logam mulia terjadi karena dua hal. Pertama, lantaran penguatan Dollar Amerika Serikat (AS). Pasalnya, dalam kondisi yang tidak pasti seperti ini, komoditas dianggap sebagai aset berisiko, sehingga para pemodal lebih memilih menaruh dananya ke aset safe haven seperti dollar AS.

Kedua, pelambatan ekonomi global, akibat terseret krisis utang di Eropa, ikut membuat permintaan terhadap komoditas logam berharga menjadi merosot. "Lihat bagaimana pertumbuhan China yang sebelumnya bisa mencapai 10%, tapi sekarang ini hanya sebesar 7,6%," ujar Ibrahim, analis senior Harvest International Futures.

Harga logam berharga yang lain, seperti paladium dan platinum, ikut terpuruk. Sejak awal tahun, harga paladium terpeleset 13,45% menjadi US$ 576,85 per troi ons, kemarin. Sedang, harga platinum di Bursa New York Merchantile Exchange, melemah 18,83% dari harga tertingginya selama tahun ini, menjadi US$ 576,85 per troi ons.

Ibrahim bilang, tahun 2012 nampaknya bukan waktu yang baik bagi paladium maupun platinum. Apalagi paladium dan platinum adalah logam industri. Jika ekonomi dunia melambat, otomatis permintaan berkurang. Sejauh ekonomi negara industri belum recovery, harga kedua logam itu, akan terpuruk.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Rizki Caturini