Taipan Gautam Adani Wariskan Tongkat Kepemimpinannya Awal Tahun 2030



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pada awal tahun 2018, Gautam Adani, yang saat ini dikenal sebagai orang terkaya kedua di Asia dengan kekayaan yang mencapai lebih dari US$100 miliar, mengadakan pertemuan penting di kediamannya yang terletak di Ahmedabad, sebuah kota di bagian barat India.

Pertemuan tersebut dihadiri oleh putra-putra dan keponakannya, di mana sang patriark menanyakan sesuatu yang tak terduga kepada mereka: apakah mereka bersedia untuk membagi bisnis besar milik Grup Adani di antara mereka dan memisahkannya? Adani memberi waktu tiga bulan kepada mereka untuk mempertimbangkan keputusan ini.

Dialog internal keluarga ini menjadi awal dari salah satu proses transfer kekayaan terbesar dan paling menantang di dunia. Pria berusia 62 tahun ini mengungkapkan rencananya untuk pensiun pada usia 70 tahun, seperti yang ia sampaikan dalam wawancara eksklusif dengan Bloomberg Television’s Inside Adani.


Baca Juga: Miliarder India Gautam Adani Berniat Pensiun pada Awal 2030

Jika rencana ini terwujud sepenuhnya, transisi kepemimpinan yang direncanakan pada awal tahun 2030-an tersebut diperkirakan akan membawa risiko besar bagi klan miliarder ini, sekaligus memiliki dampak signifikan terhadap perekonomian India dan kawasan sekitarnya.

Dalam wawancara yang jarang terjadi ini, taipan bisnis ini menguraikan untuk pertama kalinya rencana pensiun dan suksesi kepemimpinan di perusahaannya.

Meski demikian, wawancara tersebut tidak menyentuh kontroversi yang tengah menyelimuti konglomerat ini, mulai dari kekhawatiran para investor terkait praktik bisnis dan akuntansi, hingga investigasi penyuapan yang dilakukan oleh Departemen Kehakiman Amerika Serikat (DOJ).

Para ahli warisnya juga turut membahas berbagai isu, termasuk investigasi yang sedang berlangsung serta visi mereka untuk masa depan Grup Adani.

Pada tahun lalu, Hindenburg Research, sebuah firma yang berbasis di New York, melancarkan serangan short-selling yang menghebohkan dengan menuduh Grup Adani sebagai "penipu terbesar dalam sejarah perusahaan."

Baca Juga: Nama PM India Modi Terseret dalam Pernikahan Super Mewah Keluarga Konglomerat Ambani

Hindenburg Research menuding bahwa Grup Adani telah menggunakan jaringan perusahaan-perusahaan di negara-negara suaka pajak untuk menggelembungkan pendapatan dan memanipulasi harga saham mereka, meskipun utang perusahaan terus menumpuk.

Tuduhan semacam ini telah berulang kali dilontarkan oleh para kritikus selama bertahun-tahun. Meskipun kelompok ini membantah semua tuduhan tersebut, laporan yang memberatkan ini sempat memangkas nilai pasar perusahaan hingga $153 miliar, kerugian yang berpotensi menjadi perhatian utama menjelang pemilihan umum India tahun ini.

"Hal ini mengejutkan banyak orang karena mereka tidak mengharapkannya dengan cara yang disampaikan," kata Sagar Adani, salah satu keponakan Gautam Adani.

Ia menambahkan bahwa kelompok ini memberikan tanggapan yang sangat, sangat panjang dan komprehensif hanya dalam waktu 72 jam untuk setiap poin yang diajukan.

Editor: Handoyo .