Taiwan Mengatakan Drone Tempur China Mengelilingi Pulau Tersebut



KONTAN.CO.ID -  TAIPEI. Kementerian pertahanan Taiwan melaporkan bahwa jenis baru drone tempur China yang mampu membawa muatan senjata berat telah terbang di sekitar Taiwan pada Jumat (28/4). Hal ini menjadi peningkatan terbaru dalam ketegangan militer antara China dan Taiwan.

China menganggap Taiwan yang diperintah secara demokratis sebagai wilayahnya sendiri dan selama tiga tahun terakhir telah meningkatkan tekanan militer di pulau itu. Tujuannya adalah memaksa Taipei untuk menerima klaim kedaulatan Beijing.

Bulan ini, China menggelar latihan perang di sekitar Taiwan setelah Presiden Taiwan Tsai Ing-wen bertemu di Los Angeles dengan Ketua DPR AS Kevin McCarthy.


Baca Juga: Drone Tempur Baru China Dilaporkan Mulai Terbang Mengelilingi Taiwan

Kementerian pertahanan Taiwan dalam pembaruan harian aktivitas militer China dari 24 jam sebelumnya mengatakan bahwa 19 pesawat militer telah memasuki zona identifikasi pertahanan udara pulau itu. Salah satu pesawat yang terdeteksi adalah drone TB-001 yang memiliki kemampuan terbang jauh dan tinggi.

Media pemerintah China menyebut TB-001 sebagai "kalajengking berekor ganda" dan telah menunjukkan gambarnya dengan rudal di bawah sayapnya. Pesawat ini diklaim dapat melakukan misi ketinggian dan jarak jauh.

Angkatan udara China telah menerbangkan apa yang disebutnya misi "pengepungan pulau" dengan pembom H-6 berkemampuan nuklir. Namun, tidak ada tembakan yang dilepaskan dan pesawat China belum terbang di wilayah udara Taiwan.

Zona identifikasi pertahanan udara atau ADIZ adalah area yang lebih luas yang dipantau dan dipatroli Taiwan untuk memberi pasukannya lebih banyak waktu untuk menanggapi ancaman. 

Baca Juga: Cegah Ancaman Korea Utara, AS- Korea Selatan Berbagi Perencanaan Nuklir

Pesawat militer China sejak tahun lalu secara teratur melintasi garis median Selat Taiwan meskipun China mengatakan tidak mengakui hal ini.

Pemerintah Taiwan menolak klaim kedaulatan China dan mengatakan hanya rakyat pulau itu yang dapat memutuskan masa depan mereka.

Editor: Noverius Laoli