KONTAN.CO.ID - TAIPEI - Taiwan mewaspadai aksi China untuk melakukan latihan militer setelah pelantikan Presiden terpilih Lai Ching-te bulan ini. Pejabat tinggi keamanan Taiwan mengungkapkan hal ini pada Rabu, seraya menambahkan bahwa China sudah mulai menggunakan senjata baru yang tidak biasa dalam taktik mereka. China yang memandang Taiwan yang diperintah secara demokratis sebagai wilayahnya sendiri, sangat tidak menyukai Lai, dan menyebut bahwa Lai adalah seorang separatis yang berbahaya.
Baca Juga: Jika Perang China-Taiwan Pecah, Kerugian Diramal Capai Rp 155,63 Kuadriliun! Pemerintahan China telah berulang kali menolak tawaran perundingan, termasuk yang dilakukan pekan lalu. Sikap Presiden Terpilih Lai, seperti Presiden saat ini Tsai Ing-wen yang menolak klaim kedaulatan Beijing atas Taiwan. Keduanya mengatakan hanya masyarakat Taiwan yang bisa menentukan masa depan mereka. Lai, yang kini menjabat wakil presiden, akan dilantik pada 20 Mei. Berbicara kepada wartawan di parlemen, Direktur Jenderal Biro Keamanan Nasional Taiwan Tsai Ming-yen mengatakan menjaga stabilitas di Selat Taiwan adalah kepentingan semua orang di komunitas internasional, termasuk China.
China saat ini menggunakan pendekatan wortel dan tongkat terhadap Taiwan, dengan harapan dapat mempengaruhi kebijakan pemerintah China yang akan datang, tambah Tsai, yang memiliki nama keluarga yang sama dengan presiden namun tidak memiliki hubungan keluarga dengannya.
Baca Juga: Jelang Pelantikan Presiden Baru, Tekanan China Terhadap Taiwan Meningkat “Yang perlu mendapat perhatian khusus adalah tanggal 20 Mei, dari Juni hingga November, adalah saat Komunis China mengadakan latihan militer rutin mereka,” katanya. “Apakah Komunis China menggunakan musim panas ini sebagai alasan untuk melakukan latihan militer untuk lebih menekan Taiwan adalah poin penting yang menjadi fokus Biro Keamanan Nasional.” Kementerian Pertahanan China tidak menjawab panggilan untuk meminta komentar di luar jam kerja pada hari Rabu, awal libur Hari Buruh. Militer China selama empat tahun terakhir telah meningkatkan aktivitasnya secara besar-besaran di sekitar Taiwan.
Patroli Malam Hari
Menanggapi pertanyaan anggota parlemen, Tsai mengatakan China telah diamati tiga kali sepanjang tahun ini melakukan “patroli kesiapan tempur bersama” di malam hari, sesuatu yang ia gambarkan sebagai perkembangan baru.
Baca Juga: Pidato Pertama Pasca Pemilu, Putin Ancam NATO dengan Perang Dunia III “Selain itu, pesawat pengisian bahan bakar dalam penerbangan juga digunakan selama patroli kesiapan tempur bersama” untuk memperpanjang waktu pesawat tempur tetap berada di udara, kata Tsai. Kapal pendarat dan kapal penyapu ranjau juga terlihat bergabung dalam patroli ini, tambahnya. "Ini adalah pola baru untuk tahun ini." Kementerian Pertahanan Taiwan terakhir kali melaporkan patroli kesiapan tempur China, di mana kapal perang dan pesawat tempur beroperasi bersama di langit dan perairan dekat Taiwan, pada hari Sabtu. Pada tahun 2022, China melakukan latihan perang besar-besaran di dekat Taiwan setelah kunjungan AS ke Taipei. Ketua DPR Nancy Pelosi, dan tahun lalu setelah Presiden Tsai bertemu dengan Ketua DPR saat itu Kevin McCarthy saat singgah di California.
Baca Juga: Ramalan Notradamus untuk 2024: Perang China hingga Kerusuhan Kerajaan Inggris Sumber keamanan yang berbasis di Taiwan telah berulang kali memperingatkan China dapat menunjukkan ketidaksenangan mereka terhadap Lai dengan menggunakan militer. Sejak kemenangan Lai dalam pemilu bulan Januari, China terus memberikan tekanan terhadap Taiwan, termasuk patroli penjaga pantai di dekat sekelompok pulau yang dikuasai Taiwan yang terletak di sebelah pantai China, dan membuka rute udara baru di Selat Taiwan yang menurut Taipei mengancam keselamatan penerbangan. Namun Beijing juga telah menawarkan untuk melanjutkan, meskipun dalam bentuk terbatas, pariwisata China ke Taiwan, sebuah proposal yang masih dipertimbangkan oleh pemerintah di Taipei, karena pemerintah menginginkan dimulainya kembali kunjungan wisatawan China.
Editor: Syamsul Azhar