Tak ada kasus corona lokal selama 18 hari, Thailand cabut jam malam



KONTAN.CO.ID - BANGKOK. Thailand akan mencabut jam malam nasional dan melonggarkan pembatasan lebih banyak lagi pada pekan depan, setelah negeri gajah putih tidak mencatat ada transmisi lokal virus corona baru selama 18 hari.

Thailand juga berencana untuk membuka kembali pintu untuk turis asing, dengan membuat apa yang mereka sebut gelembung perjalanan dengan negara-negara yang juga berhasil mengendalikan virus corona. 

"Meskipun, tidak ada target tanggal target yang ditetapkan (untuk pembukaan turis asing)," kata Taweesin Wisanuyothin, juru bicara Pusat Administrasi Situasi Covid-19 Thailand, Jumat (12/6), seperti dikutip Reuters.


Baca Juga: Ini penyebab virus corona lebih mudah ditularkan oleh tetesan air liur

Thailand akan membuka kembali perjalanan dengan negara-negara, seperti China, Jepang, Korea Selatan, Australia, Selandia Baru, dan beberapa negara Timur Tengah, serta negara tetangga, seperti Laos, Myanmar, dan Kamboja.

"Kelompok sasaran adalah pelancong bisnis dan juga mereka yang menginginkan layanan dan perawatan medis di Thailand," ujar Taweesin. Thailand masih menutup perjalanan internasional hingga akhir Juni nanti.

"Jam malam akan dicabut efektif pada 15 Juni, seiring dengan pelonggaran beberapa kegiatan," kata Taweesin yang menambahkan, aturan jarak sosial yang ketat masih perlu jadi perhatian masyarakat dalam semua kegiatan publik.

Baca Juga: Australia klaim telah sukses menghilangkan virus corona di sebagain besar wilayah

Menurut dia, sekolah dengan kurang dari 120 siswa, ruang pameran, konser musik, produksi film, taman bermain, taman hiburan, kompetisi olahraga tanpa penonton, dan penjualan alkohol di restoran bisa bergulir kembali Senin (15/6) depan.

Tapi, "Pub, bar, dan gerai karaoke akan tetap tutup," imbuh Taweesin.

Thailand secara bertahap melonggarkan pembatasan dalam upaya untuk menghidupkan kembali ekonominya dan setelah terpukul pandemi. Hingga Jumat (12/6), Thailand mencatat 58 kematian dan 3.129 kasus virus corona.

Editor: S.S. Kurniawan