Tak ada pasokan gas, Ecogreen berhenti operasi



JAKARTA. Masalah pasokan gas di Sumatra Utara ikut menimpa Grup Djarum. Bisnis oleokimia milik Grup Jarum yaitu PT Ecogreen Oleochemicals yang berlokasi di Medan, Sumatra Utara berhenti beroperasi lantaran hilangnya pasokan gas.

Direktur Jenderal Industri Agro Kementerian Perindustrian Benny Wahyudi menuturkan, hilangnya pasokan gas untuk PT Ecogreen membuat rencana perusahaan untuk menggenjot ekspor tersendat. Padahal, PT Ecogreen adalah satu-satunya produsen oleokimia asal Indonesia yang sudah mendapat status bebas antidumping di Eropa. "Begitu mau jalan (berproduksi), Ecogreen tidak mendapat gas," katanya Senin (22/7).

Sayangnya, saat dikonfirmasi, CEO Grup Djarum, Robert Budi Hartono enggan berkomentar. "Tanya saja ke Pak Hidayat (Menteri Perindustrian)," katanya usai bertandang ke kantor Kemperin.


Benny bercerita, berdasarkan penuturan Budi Hartono, sebelumnya Ecogreen mendapat pasokan dari dua sampai tiga ladang gas. Namun tiba-tiba, pasokan ini dihentikan oleh pemasok gas karena dinilai sudah tidak ekonomis. Padahal, Ecogreen sudah meneken kontrak dengan pemasok gas sehingga tetap harus membayar meski pasokan gas terhenti.

Benny bilang, sebenarnya ada satu jalan keluar agar Ecogreen bisa dapatkan lagi pasokan gas. Yakni mengalirkan gas dari ladang gas Benggalah yang menghasilkan sekitar 3 mmscfd hingga 4 mmscfd.

Namun, Ecogreen harus bersaing dengan perusahaan lain seperti PLN yang juga mengincar pasokan gas dari ladang gas Benggalah. Makanya, "Ecogreen minta dibantu untuk mendapat pasokan ini karena hanya butuh satu juta kaki kubik," katanya.

Menurut Benny, Kementerian Perindustrian berjanji akan berkoordinasi dengan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) dan Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Migas (SKK Migas) untuk menegosiasikan pasokan gas bagi Ecogreen dan dan perusahaan lain yang berlokasi di Medan Sumatra Utara.  Apalagi, bisnis olekimia termasuk dalam program hilirisasi yang menjadi prioritas pemerintah.

Sekedar informasi, PT Ecogreen Oleochemical adalah produsen oleokimia yang berdiri sejak 1990 dan berkantor pusat di Singapura dengan nama Ecogreen Oleochemicals Singapore Pte Ltd. Di Indonesia, Ecogreen memiliki pabrik di Medan dan Batam.

Awalnya, perusahaan ini berada di bawah naungan Salim Group, hasil gabungan dua perusahaan PT Batamas Megah dan PT Prima Inti Perkasa. Namun pada tahun 2000, Ecogreen berpindah tangan ke Djarum Group setelah sebelumnya dilepas ke Badan Penyehatan Perbankan (BPPN) karena masalah keuangan. Saat mengambil alih, Group Djarum membentuk konsorsium bersama dengan Wings Group dan PT Lautan Luas.

Di Indonesia, Ecogreen di antaranya memproduksi 45.000 ton fatty acid per tahun dan 350.000 ton fatty alchohol per tahun. Selain itu, Ecogreen juga memproduksi gliserin sebesar 24.000 ton per tahun.

Selain di Indonesia, Ecogreen juga memiliki pabrik di Singapura yang memproduksi 20.000 ton ethoxylation per tahun. Di Eropa, Ecogreen juga punya fasilitas produksi di Jerman dan Prancis.

Sebelumnya, Ketua Asosiasi Perusahaan Pemakai Gas (Apigas) Sumatra Utara, Johan Brien bilang, pasokan gas untuk industri di Sumatra Utara semakin menipis. Padahal, harga gas dari pemasok sudah naik. Ia mencontohkan, harga gas dari PT Pertamina EP (PEP) sumur Pangkalan Susu yang merupakan sumber pasokan gas terbesar di Sumatra Utara sudah naik sejak 1 Mei 2013 menjadi US$ 1,3 per mmbtu.

Imbasnya, selain Ecogreen, ada beberapa perusahaan besar yang menghentikan usahanya. Investasi baru seperti PT Jui Sin dan Soci Mas pun terancam mangkrak.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Herlina Kartika Dewi