Tak Ada Pasokan Gas, Investasi Sarung Tangan Karet Kian Terpuruk



JAKARTA. Industri sarung tangan karet kian terpuruk. Meski, pemerintah melalui Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral telah menyelesaikan neraca gas serta memutuskan penutupan keran ekspor gas hingga 2014, namun hal itu tidak juga membantu industri ini. Sebagai salah satu bukti, akibat tak adanya suplai gas sejak empat tahun lalu, setidaknya investasi senilai US$ 125 hilang melayang. Komposisinya, US$ 25 juta adalah investasi yang sudah masuk tetapi tidak dapat berhasil, sedangkan sisanya US$ 100 juta adalah investasi asing yang batal masuk ke dalam negeri setelah mengetahui tak adanya kepastian pasokan gas.Menurut pengakuan pengusaha, hingga kini, mereka belum memperoleh kepastian akan terpenuhinya pasokan gas dari pemerintah untuk beberapa tahun ke depan. "Kami menyambut positif inisiatif pemerintah memanage suplai gas dalam negeri meskipun dapat dikatakan masalah suplai gas untuk industri sudah terlampau parah yang meninggalkan efek permanen karena investasi asing yang mestinya masuk ke Indonesia empat tahun terakhir banyak yang gagal," kata Wakil Ketua Asosiasi Industri Sarung Tangan Karet Henry Tong, akhir pekan lalu.Henry sangat menyayangkan kondisi tersebut. Sebab, industri sarung tangan karet merupakan salah satu industri yang tidak terkena dampak besar krisis global. Buktinya, pada tahun ini, dia memperkirakan permintaan sarung tangan karet di pasar lokal maupun ekspor akan tumbuh 5% dari total permintaan di pasar dunia yang mencapai sekitar 10 miliar pieces pada tahun lalu. Tujuan ekspornya antara lain China, Eropa, Amerika dan lainnya. Selain itu, harga sarung karet di pasar dunia dalam posisi stabil di kisaran US$ 23 per 1.000 pieces.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Editor: Barratut Taqiyyah Rafie