Tak ada permintaan, penurunan bunga BI belum ampuh



KONTAN.CO.ID - Bank Indonesia (BI) memutuskan memangkas suku bunga acuan atau 7 Day Reverse Repo Rate (DRR) 25 basis poin (bps) menjadi 4,25%. Ini menjadi bunga acuan terendah sepanjang sejarah. Penurunan ini juga diikuti, suku bunga deposit facility di level 3,5% dan lending facility 5%. 

Advisory Board Chairman Mandiri Institute Chatib Basri mengatakan, penurunan suku bunga acuan bank sentral sejak akhir 2016 ini akan mampu menurunkan suku bunga kredit sehingga kemudian tersalurkan ke sektor riil. Namun, hal ini tidak terjadi lantaran tidak ada permintaan dari sektor swasta untuk ekspansi.

“Dulu dipikirnya tingkat bunga diturunkan, perbankan akan pinjamnkan ke sektor riil, tetapi tidak terjadi. Kenapa? Karena permintaannya tidak ada. Maka undisbursed loan (kredit yang belum cair) masih tinggi,” kata Chatib, Jakarta, Selasa (26/9).


Dia melanjutkan, melihat realita tersebut, maka permasalahan utama yang ada saat ini bukanlah suku bunga kredit yang masih tinggi, melainkan tidak adanya permintaan dari dunia usaha akibat konsumsi yang tumbuh flat.

“Ngapain saya pinjam di bank, kalau kemudian saya tidak butuh ekspansi karena permintaan tidak ada? Konsumsi flat. Saya ngapain ekspansi kalau produksi mobil dan motor, tapi stoknya masih banyak? Ini soal demand side,” katanya.

Lebih lanjut, ia menggaris bawahi bahwa kebijakan BI menurunkan suku bunga acuannya tersebut tetap perlu dicermati hasilnya dalam beberapa bulan ke depan. Pasalnya, dengan bunga yang murah, masyarakat tidak akan tertarik menaruh uang di bank

“Dia akan lari ke government bond. Sehingga nanti sumber uang yang dipinjamkan akan terpengaruh. Jadi ini yang harus dilihat,” ucapnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Sanny Cicilia