KONTAN.CO.ID - SINGAPURA. Harga minyak mentah kembali anjlok lebih dari 3% pada perdagangan siang hari ini. Sentimen negatif masih datang setelah
lockdown yang dilakukan banyak negara di Eropa, yang dikhawatirkan dapat kembali menurunkan permintaan terhadap bahan bakar. Tekanan tambahan bagi laju harga minyak datang dari gejolak akibat pemilihan umum presiden Amerika Serikat (AS) yang berlangsung pada pekan ini. Senin (2/11) pukul 12.50 WIB, harga minyak mentah jenis Brent kontrak pengiriman Januari berada di level US$ 36,62 per barel, turun US$ 1,32 atau 3,5%.
Setali tiga uang, harga minyak West Texas Intermediate (WTI) kontrak pengiriman Desember 2020 melemah US$ 1,39 atau 3,9% menjadi US$ 34,40 per barel.
Baca Juga: Harga minyak mentah jatuh 4% Senin (2/11) pagi, lockdown di Eropa picu kekhawatiran Bahkan, harga minyak acuan sempat anjlok ke posisi terendah, dengan Brent turun sebanyak 5,8% dan WTI 6% pada awal perdagangan hari ini. Hal itu membuat kedua harga minyak acuan ini mencapai level terendah sejak Mei 2020. Harga emas hitam terseret oleh kebijakan sejumlah negara di Eropa telah menerapkan kembali langkah-langkah penguncian guna memperlambat tingkat infeksi Covid-19 yang telah meningkat di benua itu dalam sebulan terakhir. "Langkah-langkah penguncian yang diumumkan oleh Inggris dan Italia hanya menambah situasi Eropa yang memburuk," kata Michael McCarthy,
Chief Market Strategist CMC Markets di Sydney. "Banyak pedagang sekarang melihat AS dan tingkat infeksi mereka yang meningkat dan bertanya-tanya apakah Eropa menyediakan model untuk apa yang akan terjadi di AS dalam beberapa minggu mendatang." Harga minyak berhasil mengurangi pelemahan setelah pesanan ekspor Jepang tumbuh untuk pertama kalinya dalam dua tahun. Sementara itu, aktivitas pabrik China meningkat pada laju tercepat dalam hampir satu dekade di bulan Oktober. Lebih banyak data manufaktur diharapkan dari zona Eropa dan AS. Namun, kekhawatiran tentang melemahnya permintaan dan meningkatnya pasokan dari OPEC dan AS tetap menyebabkan harga minyak turun. Bahkan bulan lalu, harga minyak turun untuk kedua bulan berturut-turut, dengan WTI turun 11% dan Brent 8,5%. Meningkatnya pasokan dari Libya dan Irak, anggota Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) mengimbangi pemotongan produksi oleh anggota lain dan menyebabkan produksi kelompok tersebut meningkat untuk bulan keempat pada Oktober, sebuah survei
Reuters menunjukkan.
Baca Juga: Harga emas spot menguat 0,2% ke US$ 1.882 per ons troi jelang tengah hari OPEC dan sekutunya termasuk Rusia, kelompok yang dikenal sebagai OPEC+, memangkas produksi sekitar 7,7 juta barel per hari dalam pakta yang bertujuan untuk mendukung harga. OPEC+ dijadwalkan mengadakan pertemuan kebijakan selama 30 November dan 1 Desember.
Di AS, jumlah rig minyak dan gas alam naik pada bulan Oktober untuk bulan ketiga berturut-turut, menurut data Baker Hughes. Perlombaan yang lebih ketat menjelang Hari Pemilu AS dan potensi ketidakpastian pemilu meningkatkan kewaspadaan investor di pasar global. "Kekhawatiran paling mendesak bagi pasar adalah bahwa kelumpuhan politik akan menunda atau mengurangi respons fiskal terhadap situasi virus corona yang memburuk," pungkas McCarthy.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Anna Suci Perwitasari