SALATIGA. Bupati Semarang, Mundjirin, mengaku tidak berdaya menghadapi serbuan gula rafinasi di pasaran, termasuk yang beredar di Kabupaten Semarang, Jawa Tengah. Dia tidak bisa berbuat banyak karena kebijakan soal gula rafinasi ada di tangan provinsi dan pemerintah pusat. "Kalau kita di daerah, terus terang tidak mampu menjaga. Bagaimana caranya, ini dibutuhkan kesadaran. Karena bagaimanapun juga, yang diuntungkan adalah tengkulak bukan petani tebu," kata Mundjirin, di Tengaran, Selasa (4/11). Menurut Mundjirin, yang bisa dia lakukan adalah sebatas mengimbau para importir. Dia mengatakan, hal yang lebih sulit diatasi adalah penjualan gula rafinasi non-pabrik. "Inilah yang menjadi tantangan kami, meskipun sebenarnya rendemen produksi gula dari Kabupaten Semarang bisa menyentuh angka rata-rata 6,3," papar dia.
Tak berdaya menghadapi serbuan gula rafinasi
SALATIGA. Bupati Semarang, Mundjirin, mengaku tidak berdaya menghadapi serbuan gula rafinasi di pasaran, termasuk yang beredar di Kabupaten Semarang, Jawa Tengah. Dia tidak bisa berbuat banyak karena kebijakan soal gula rafinasi ada di tangan provinsi dan pemerintah pusat. "Kalau kita di daerah, terus terang tidak mampu menjaga. Bagaimana caranya, ini dibutuhkan kesadaran. Karena bagaimanapun juga, yang diuntungkan adalah tengkulak bukan petani tebu," kata Mundjirin, di Tengaran, Selasa (4/11). Menurut Mundjirin, yang bisa dia lakukan adalah sebatas mengimbau para importir. Dia mengatakan, hal yang lebih sulit diatasi adalah penjualan gula rafinasi non-pabrik. "Inilah yang menjadi tantangan kami, meskipun sebenarnya rendemen produksi gula dari Kabupaten Semarang bisa menyentuh angka rata-rata 6,3," papar dia.