Tak bisa langsung, penurunan bunga P2P lending butuh waktu



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) memaparkan berbagai tantangan yang akan dihadapi oleh industri fintech peer to peer (P2P) lending di 2021.  Deputi Bidang Pengaturan, Penelitian, dan Pengembangan Fintech OJK Munawar Kasan menyebut salah satu tantangan industri fintech P2P tahun ini terkait bunga pinjaman. 

Ia bilang Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama Indonesia (AFPI) telah menetapkan batas bunga pinjaman maksimal 0,8% per hari. Bahkan ia menyebut bunga pinjaman akan lebih rendah pada pinjaman produktif dibandingkan multiguna. 

“Ini menjadi tantangan di 2021, bagaimana bunga bisa ditekan lagi. Dengan mempertajam credit scoring dan artificial intelligence yang lebih andal,” ujar Munawar dalam diskusi virtual.


CEO & Co-founder Akseleran Ivan Tambunan menyatakan bunga rata-rata yang ada di platform sekitar 19% per tahun dan biaya layanan 3% per tahun. Sehingga totalnya 22% per tahun. 

“Nilai itu jauh dari batas maksimal sebesar 0,8% per hari atau 24% per bulan. Tentu ini berbeda dengan bunga cash loan yg ticket sizenya kecil dan proses credit assessment-nya bisa dibilang hampir instant. Di Akseleran rata-rata pinjaman sekitar Rp 1 miliar, sedangkan cash loan kan rata2 pinjaman sekitar Rp 1 juta hingga Rp 3 juta,” ujar Ivan kepada Kontan.co.id.

Baca Juga: Pinjaman P2P lending lewat platform Akseleran telah kembali ke level sebelum pandemi

Ia melanjutkan, ada fixed cost yang harus ditanggung per pinjaman yang membuat bunga cash loan terlihat mahal. Ia memberikan contoh, tanda tangan digital dan sertifikat digital itu biaya sekitar Rp 15.000.

Lalu ada juga biaya credit scoring sekitar Rp 40.000 hingga Rp 50.000. Lalu ada biaya pegawai tim credit dan risk, serta biaya collection, totalnya bisa mencapai Rp 80.000 sampai Rp 100.000. 

“Jadi biayanya saja kalau Rp 100.000 sudah 10% dari pinjaman yang besarnya Rp 1 juta. Lalu ada biaya asuransi atau provisi untuk perlindungan NPL, mungkin bisa 7%-8% nilainya untuk cashloan karena risiko NPL-nya tinggi, itu sudah Rp 70.000 hingga Rp 80.000,” jelasnya. 

Sehingga total biasanya sudah mencapai Rp 180.000 atau 18% dari total pinjaman Rp 1 juta. Itulah sebabnya bunga cash loan tinggi, sebab tenornya juga pendek antara satu hingga dua bulan. 

“Jadi kalau misalnya bunganya bunga maksimal, yaitu 24%, itu dapatnya Rp 240.000. Dikurang biaya-biaya Rp 180.000 berarti sisanya cuma Rp 60.000 atau 6% dari Rp 1 juta,” paparnya. 

Ia menjelaskan berbeda produk, berbeda risiko, berbeda skala. Jadi memang di fintech beragam bunganya dari mulai 12% per tahun sampai 24% per bulan. Hal itu tergantung bisnis model dan produknya.

“Semakin kecil size dan pendek tenornya, dan semakin tinggi risikonya, maka bunga akan semakin tinggi. Ke depannya dengan data yg lebih banyak dan credit scoring model makin mutakhir, maka risk akan berkurang, NPL akan turun, biaya jadi turun. Memang butuh waktu,” pungkasnya.

Selanjutnya: Pada Januari, Modalku salurkan pinjaman Rp 500 miliar

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Herlina Kartika Dewi