KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Penurunan produksi minyak terus berlanjut. Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) memproyeksikan produksi siap jual atau lifting minyak pada akhir 2024 sebesar 595 ribu barel per hari (bph), Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto memproyeksikan bahwa realisasi lifting minyak pada akhir tahun hanya sekitar 595 ribu bph atau sebesar 94% dari target Anggaran Pendapatan dan Penerimaan Negara (APBN) 2024 sebesar 635 ribu bph. "Kami melihat untuk lifting nanti akhir 2024 sekitar 595 ribu bph," kata Dwi dalam konferensi pers di Jakarta, Jumat (19/7).
Selain tak menembus target APBN, Dwi memproyeksikan lifting minyak pada akhir 2024 nanti tidak mencapai target work, program and budget (WPNB) yang telah sudah disepakati.
Baca Juga: SKK Migas Catat Investasi Hulu Migas Capai US$ 5,6 Miliar di Semester I-2024 Selain lifting minyak yang tak mencapai target, lifting gas bumi juga mengalami hal serupa. SKK Migas melaporkan, proyeksi lifting gas gumi hanya mencapai 5,554 mmscfd atau 96% dari target APBN 2024 sebesar 5.785 mmscfd. Sebelumnya, Di tengah penurunan produksi yang terus berlanjut ini, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) terus berupaya memacu produksi minyak. Sekretaris Jenderal ESDM Dadan Kusdiana mengatakan, upaya peningkatan produksi antara lain melalui percepatan pemboran sumur pengembangan dan reaktifasi bagian blok migas potensial yang idle. Selain itu, program reserve to production, EOR dan eksplorasi masif. "Untuk menjaga keekonomian proyek dan upaya optimalisasi produksi, Kementerian ESDM dapat memberikan insentif hulu migas sesuai Kepmen ESDM 199/2021," kata Dadan kepada Kontan, Minggu (14/7). Dadan menuturkan, untuk mengurangi impor minyak juga dilakukan pengendalian di sisi konsumsi baik di sektor pembangkit listrik, industri, rumah tangga, dan transportasi. Selain itu, disampaikan Dadan, program peningkatan produksi juga dilakukan melalui reaktifasi lapangan migas potensial yang idle agar, pertama, segera diusahakan oleh Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) eksisting. Kedua, dikerjasamakan dengan badan usaha lain. Ketiga, diusulkan oleh KKKS eksisting untuk dikelola oleh KKKS lain. Dan keempat, dikembalikan ke Pemerintah untuk selanjutnya dapat dilelangkan kembali. "Upaya-upaya tersebut sesuai Keputusan Menteri ESDM 110/2024, berdasarkan evaluasi, rencana dan tata waktu yang direkomendasikan oleh SKK Migas atau BPMA," tandas Dadan.
Ekonom Energi sekaligus pendiri ReforMiner Institute, Pri Agung Rakhmanto memandang, selama selalu masih terus mengandalkan lapangan mature, lifting dari waktu ke waktu sudah sangat bisa diprediksi. Ke depan hanya akan berlanjut decline dan decline, hanya seberapa tajam atau landai saja decline nya. "Kalau sekadar bagaimana target lifting bisa tercapai, ya targetnya saja yang dibuat lebih realistis; lebih didasarkan atas kalkulasi teknis yang secara operasional lebih predictable bisa dijangkau atau dikontrol," ungkapnya kepada Kontan, Minggu (14/7).
Baca Juga: Imbas Banjir, Realisasi Lifting Migas Semester I Tak Capai Target Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Tri Sulistiowati