KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejak awal tahun, Indeks Harga Saham Gabungan (
IHSG) terkoreksi hingga 33,41%. Bersamaan, investor asing terus membawa dananya kabur dari pasar ekuitas tanah air. Menurut data Bursa Efek Indonesia, jual bersih
(net sell) asing yang terjadi di pasar saham domestik mencapai Rp 10,24 triliun atau sekitar US$ 709,2 juta sejak awal tahun atau secara
year-to-date (ytd). Ternyata, aksi jual bersih yang dilakukan oleh investor asing tidak hanya melanda bursa saham dalam negeri. Pasar saham di beberapa negara tetangga pun juga ditinggalkan asing.
Baca Juga: Aksi jual asing di pasar obligasi berlanjut, apa yang harus dilakukan investor lokal? Di pasar saham Thailand misalnya. Jumlah dana yang dibawa kabur oleh investor asing mencapai US$ 3,31 miliar. Alhasil,
net sell yang terjadi di pasar saham Negeri Gajah Putih tersebut menjadi yang tertinggi di Asia Tenggara. Aksi jual bersih investor asing yang terjadi di pasar saham Malaysia juga cukup masif. Tercatat, sejak awal tahun dana asing yang hengkang dari Negeri Jiran tersebut mencapai US$ 1,58 miliar. Di regional Asia, masih ada beberapa bursa saham yang mengalami tekanan jual asing lebih dahsyat. Di pasar ekuitas Jepang misalnya, nilai
net sell asing mencapai US$ 27,06 miliar sejak awal tahun. Kemudian, pasar saham Taiwan juga mengalami
net sell sebesar US$ 17,09 miliar. Disusul
net sell di pasar saham Korea Selatan (
net sell US$ 11,39 miliar), dan India (
net sell US$ 4,45 miliar).
Baca Juga: Valuasi murah, investor bisa mulai cicil beli saham-saham yang dilepas asing ini Presiden Direktur CSA Institute Aria Santoso mengatakan, fenomena ini disebabkan karena secara esensi para investor melakukan antisipasi hal yang akan terjadi di pasar finansial akibat efek penyebaran Covid-19. Sehingga pengurangan posisi pada aset dengan
exposure risiko yang fluktuasi tinggi dikurangi secara agresif oleh investor asing. Hal ini, menurut Aria, merupakan refleksi akan adanya potensi perlambatan pertumbuhan ekonomi di regional Asia maupun di lingkup global. Ditambah, saat ini pun pandemik virus corona belum berhasil dikendalikan dengan maksimal, baik di Eropa maupun Amerika serta negara selain China. Kondisi inilah yang membuat investor berpindah haluan instrumen investasi, dari saham ke instrumen yang lebih minim risiko. “Oleh karena itu investor memilih untuk mencairkan dana menjadi
cash karena
cash tidak ada fluktuasi yang tinggi pada jangka pendek atau menengah, hanya terkena risiko pelemahan mata uang saja,” ujar Aria kepada Kontan.co.id, Minggu (22/3).
Baca Juga: IHSG diproyeksi sulit kembali ke level 6.000 hingga akhir tahun Dus, di tengah aksi jual bersih yang massif saat ini, Aria mengatakan investor dengan orientasi jangka panjang boleh melakukan aksi cicil beli ketika terjadi pelemahan, dengan strategi pembelian bertahap. Sedangkan bagi investor dengan horizon jangka pendek sebaiknya menunggu tekanan aksi jual mereda dan hanya ikut melakukan perdagangan ketika ada tren harga naik. “Dengan demikian maka pengelolaan risiko bisa dimanfaatkan secara optimal,” tutup dia. Hingga berita ini diturunkan, total sudah ada 304.528 orang yang positif terinfeksi Covid-19 dengan jumlah korban meninggal mencapai 12.973 jiwa, dan sebanyak 91.676 orang dinyatakan sembuh. Di Indonesia, jumlah korban positif Covid-19 mencapai 514 kasus yang tersebar di 17 provinsi. Sementara itu, jumlah korban meninggal dunia mencapai 48 orang dengan jumlah pasien yang sembuh mencapai 29 orang. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Wahyu T.Rahmawati