Tak Cuma Kerek Bunga, The Fed Telah Serap Likuiditas Global US$ 95 Miliar Per Bulan



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kebijakan The Federal Reverse dalam mengendalikan inflasi menuai pro dan kontra. Mantan kepala ekonom di Dana Moneter Internasional (IMF) Maurice Obstfeld menyatakan The Fed telah terburu-buru menggerek 75 poin bunga acuan setiap pertemuan.

Sembari itu, The Fed telah menguras likuiditas dolar global hingga US$ 95 miliar per bulan dari pengetatan kuantitatif (QT).

Ia menyatakan episode pengetatan Fed seringkali berdampak brutal untuk seluruh dunia. Dan ia nilai kebijakan kali ini sangat ganas.


Indeks dolar berada pada titik tertinggi yang epik, yang berarti siksaan yang lambat untuk pasar negara berkembang dan pasar perbatasan dengan utang US$ 4,2 triliun dalam mata uang dolar. Ada US$ 13,4 triliun utang dolar luar negeri di luar yurisdiksi AS tanpa lender-of-last-resort yang jelas.

Baca Juga: Khawatir Perang Meletus di Masa Jabatan Xi Berikutnya, Taiwan Perkuat Pertahanan

Peminjam sedang dilanda kejutan ganda dari nilai dolar yang lebih tinggi dan tingkat pinjaman dolar yang melonjak. Sebagian dari utang ini harus diperpanjang di pasar pinjaman tiga bulan, dengan premi risiko yang meningkat.

Kaum monetaris telah memperingatkan selama berbulan-bulan bahwa The Fed salah memahami potensi QT. Mereka takut bahwa dunia akan jatuh ke dalam kemerosotan yang mengerikan kecuali bank sentral segera melonggarkan kebijakannya.

Maurice mengatakan bank sentral AS sedang dalam misi untuk menyelamatkan kredibilitas yang hilang. Mereka berisiko beralih dari kesalahan uang yang terlalu longgar selama delapan belas bulan yang lalu ke kesalahan kebalikan dari kebijakan yang terlalu ketat pada saat ini.

“Bahaya saat ini adalah bahwa mereka secara kolektif bertindak terlalu jauh dan mendorong ekonomi dunia ke dalam kontraksi keras yang tidak perlu. Sama seperti bank sentral salah membaca faktor-faktor yang mendorong inflasi pada tahun 2021, mereka mungkin meremehkan kecepatan inflasi yang bisa turun karena ekonomi mereka melambat," paparnya.

Editor: Tendi Mahadi