Tak cuma telur asin, di Brebes ada sanggul (1)



Meskipun terletak di wilayah pantai utara yang berbatasan langsung dengan Laut Jawa, Kabupaten Brebes tidak hanya memiliki sentra-sentra produksi kelautan dan peternakan saja.

Namun, di sini juga ada beberapa sentra produksi barang yang tidak biasa, salah satunya sanggul. Rambut buatan yang dibentuk sedemikian rupa ini biasa digunakan kaum wanita dalam resepsi pernikahan atau acara-acara formal lainnya.

Salah satu desa di Kabupaten Brebes yang menjadi pusat produksi rambut buatan ini adalah Desa Limbangan Wetan. Di sini terdapat belasan perajin sanggul rumahan. Untuk sampai ke lokasi tersebut, dibutuhkan waktu sekitar 45 menit dari Stasiun Brebes.


Lokasi sentra pembuatan sanggul ini tidak jauh dari sentra pembuatan telur asin yang juga berada di desa yang sama. Kedua lokasi sentra ini hanya dipisahkan oleh gang kecil. Para perajin sanggul ini biasa bekerja di depan rumah mereka masing-masing.

Saat KONTAN menyambangi wilayah ini, terlihat para perajin sanggul sedang sibuk merapikan seluruh rambut sintetis yang baru datang dari para pemasok. Meski kesibukan tampak di sana-sini, tapi desa tersebut relatif tenang karena tidak ada kendaraan yang berlalu lalang.

Para perajin sanggul ini umumnya adalah para pria. Ranyan, salah satu perajin sanggul, menceritakan, desa ini sudah sejak puluhan tahun lalu telah menjadi sentra pembuatan sanggul.

Laki-laki bertubuh tambun ini mengaku sudah menggeluti pekerjaan ini sejak dua puluh tahun lalu. Sebelumnya, dia hanya membantu sang ayah untuk menjalankan bisnis. Setelah ayahnya meninggal, Ranyan mengambil alih usaha sang ayah.

Ranyan mampu memproduksi puluhan model sanggul. Beberapa di antaranya memiliki nama yang unik, seperti sanggul model caesar, model keong racun, model Syahrini, dan model OVJ.

Kebanyakan sanggul dibuat dengan warna rambut hitam. Tetapi untuk menarik konsumen, Ranyan juga membuat sanggul dengan  berbagai warna rambut, seperti merah, cokelat, hijau, dan lainnya. "Ini biasanya untuk sanggul kreasi," katanya.  

Dia membanderol harga produknya mulai dari Rp 15.000 hingga Rp 20.000 per unit. Ranyan mengaku dalam sebulan dia bisa mengantongi omzet hingga puluhan juta rupiah.

Dengan catatan, dia dibantu oleh  karyawan lebih dari satu orang, agar mampu memproduksi lebih banyak sanggul. Sebab, sebagian besar para karyawan di sini merupakan pekerja lepas. "Keuntungan bersih sekitar 30% dari omzetnya tiap bulan," ujarnya.

Perajin sanggul lainnya adalah Sutriyah. Dia mengungkapkan sudah menggeluti bidang ini sejak tahun 1972, ketika masih remaja. Wanita yang telah mempunyai enam cucu ini meneruskan usaha dari orangtuanya.

Sutiyah memproduksi belasan model sanggul, seperti mawaran, OVJ, Syahrini, dan lainnya. Sutriyah menjual satu buah sanggul sekitar Rp 3.000 untuk ukuran kecil dan Rp 15.000 untuk ukuran besar.

Dalam sebulan dia bisa mendapatkan omzet puluhan juta rupiah.          

(Bersambung)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Havid Vebri