Tak Hanya Andalkan Ekosistem, Bank Digital Garap Penyaluran Kredit Secara Mandiri



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Keberadaan bank digital di Indonesia erat kaitannya dengan dukungan ekosistem yang dimiliki. Meski demikian, ekosistem tampaknya tak selalu menjadi penopang dalam operasional bisnis bank digital.

Ambil contoh, PT Bank Jago Tbk yang saat ini berencana mengembangkan penyaluran kredit secara langsung melalui aplikasi yang dimiliki. 

Sebagaimana diketahui, selama ini Bank Jago hanya mengandalkan penyaluran kredit melalui channeling dengan terbesar melalui ekosistemnya, PT Goto Gojek Tokopedia Tbk (Goto).


Melalui kolaborasi dengan berbagai mitra, seperti ekosistem dan perusahaan lainnya, Bank Jago menyalurkan kredit sebesar Rp 15,7 triliun per akhir semester I-2024. Angka tersebut tumbuh dibanding periode yang sama tahun lalu.

Baca Juga: Bank Digital Berlomba Optimalkan Ekosistem, Begini Rekomendasi Analis

Direktur Kepatuhan & Corporate Secretary Bank Jago Tjit Siat Fun bilang sejatinya kolaborasi dengan ekosistem merupakan cara yang efektif bagi bank digital untuk memberikan pembiayaan kepada nasabah lebih luas.

Namun demikian, ia menyadari bahwa kebutuhan nasabah akan pembiayaan masih besar dan masih terdapat segmen yang belum terlayani melalui kolaborasi. 

“Melihat kondisi tersebut, kami mengembangkan pembiayaan langsung berbasis aplikasi,” ujarnya. 

Ia melihat penyaluran kredit secara langsung maupun chaneling memiliki risiko masing-masing. Namun dalam menyalurkan kredit, Afun menegaskan pihaknya selalu mengukur risiko-risiko secara berkala dengan mempelajari perkembangan data, perilaku, dan tren.

”Sehingga bisa mengantisipasi potensi kualitas kredit yang memburuk,” tambahnya.

Sebagai informasi, keberadaan ekosistem yang dimiliki juga sejatinya mendukung Bank Jago dari sisi funding. 66% jumlah nasabah funding Bank Jago berasal dari mitra ekosistem Goto dan platform reksadana Bibit.

Sedikit berbeda, Direktur Utama PT Allo Bank Indonesia Tbk (BBHI) Indra Utoyo mengungkapkan bahwa strategi utama Allo Bank dalam meningkatkan fungsi intermediasi masih dilakukan melalui pembiayaan langsung ke nasabah melalui mobile banking application Allo Bank. 

“Dengan skema direct lending, Bank dapat memberikan bunga yang kompetitif langsung ke nasabah dan mempertahankan margin yang atraktif dibandingkan dengan skema channeling melalui fintech,” ujar Indra.

Di sisi lain, ia menilai bahwa credit risk exposure melalui skema penyaluran kredit secara langsung dapat lebih dikelola dengan baik daripada mengandalkan credit underwriting standard milik fintech rekanan.  

Alasannya, Allo Bank dapat memastikan tidak hanya proses akuisisi dan marketing, tetapi juga proses credit underwriting untuk menjaga kualitas kredit berjalan sesuai dengan ketentuan internal dan risk appetite bank.

Baca Juga: Tawarkan Bunga Tinggi, Superbank Catat DPK Melesat 71% Pada Semester I-2024.

Sebagai informasi, penyaluran kredit Allo Bank per Juni 2024 mencapai Rp 8,02 triliun. Jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu, penyaluran kreditnya hanya senilai Rp 7,43 triliun.

Sementara itu, Direktur Astra Financial Suparno Djasmin mengungkapkan bahwa saat ini pihaknya terus mengembangkan produk bank digitalnya, Bank Saqu yang dimiliki PT Bank Jasa Jakarta. Menurutnya, keberadaan Bank Saqu turut didukung dengan ekosistem Astra.

Hingga Juni 2024, pengguna Bank Saqu mencapai 1,1 juta pengguna. Adapun, target Bank Saqu hingga tahun ini bisa menambah pengguna baru hingga mencapai 1,8 juta.

”Kalau produk direct lending kita akan segera luncurkan dalam waktu dekat,” ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Herlina Kartika Dewi