KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Banyaknya tekanan yang terjadi pada kondisi internal Inggris, membuat penguatan poundsterling akhir pekan lalu tak bakal bertahan lama. Bahkan, meskipun covid-19 berakhir, poundsterling masih harus dihadapkan pada tantangan ekonomi yang kini tengah dalam masa transisi usai lepas dari Zona Euro. Analis HFX International Ady Phangestu mengungkapkan, pergerakan dolar AS pekan lalu cenderung berada di bawah tekanan akibat rencana Presiden AS Donald Trump untuk menggerakkan kembali roda perekonomiannya. Meskipun begitu, greenback sempat menguat saat Bank Sentral AS (The Fed) memutuskan untuk memangkas separuh pembelian obligasi hariannya. Baca Juga: Sempat menghijau, EUR/USD dinilai masih dalam tren bearish
Selain corona, kondisi ekonomi Inggris juga menekan poundsterling
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Banyaknya tekanan yang terjadi pada kondisi internal Inggris, membuat penguatan poundsterling akhir pekan lalu tak bakal bertahan lama. Bahkan, meskipun covid-19 berakhir, poundsterling masih harus dihadapkan pada tantangan ekonomi yang kini tengah dalam masa transisi usai lepas dari Zona Euro. Analis HFX International Ady Phangestu mengungkapkan, pergerakan dolar AS pekan lalu cenderung berada di bawah tekanan akibat rencana Presiden AS Donald Trump untuk menggerakkan kembali roda perekonomiannya. Meskipun begitu, greenback sempat menguat saat Bank Sentral AS (The Fed) memutuskan untuk memangkas separuh pembelian obligasi hariannya. Baca Juga: Sempat menghijau, EUR/USD dinilai masih dalam tren bearish