Tak hanya gaet portofolio, rating positif bagus untuk tarik investasi langsung



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Dua lembaga pemeringkat internasional, yaitu R&I dan Japan Credit Rating Agency (JCR) baru saja mengafirmasi peringkat layak investasi (investment grade) untuk Indonesia pada tahun ini. JCR bahkan memperbaiki outlook Indonesia dari sebelumnya stabil menjadi positif di tengah kondisi perekonomian yang stabil dan prospek pertumbuhan ekonomi yang terjaga.

Ekonom Bank Central Asia (BCA) David Sumual menilai, pernyataan peringkat ini memang menjadi sentimen positif pagi pasar keuangan Indonesia. Namun harapannya, outlook investor yang positif tersebut tak hanya mengundang arus masuk modal asing (capital inflow) dalam bentuk portofolio, tetapi juga dalam bentuk investasi asing secara langsung (foreign direct investment/FDI).

"Selama ini inflow kita besar hanya dari sisi portofolio, sedangkan FDI masih lambat, bahkan turun di tahun lalu. FDI lah yang harus diharapkan meningkat karena di antara negara emerging market di kawasan, kita salah satu yang paling rendah investasi langsung asingnya," ujar David, Minggu (28/4).


Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mencatat, realisasi penanaman modal dalam negeri (PMDN) 2018 mencapai Rp 328,6 triliun atau naik sebesar 25,3% dibandingkan 2017 sebesar Rp 262,3 triliun. Namun, total realisasi PMA 2018 hanya sebesar Rp 392,7 triliun, turun 8,8% dibandingkan realisasi PMA 2017 sebesar Rp 430,5 triliun.

Investasi langsung asing yang diincar pemerintah tahun ini utamanya di sektor industri manufaktur. Tujuannya untuk memperbaiki struktur perekonomian agar terlepas dari ketergantungan terhadap komoditas, menciptakan pendapatan devisa lebih besar, serta mendorong pertumbuhan lebih tinggi.

Namun, David memandang, pemerintah jangan hanya mengejar FDI manufaktur dengan orientasi ekspor yang bertujuan menambah pundi-pundi devisa.

"Investasi asing di sektor manufaktur soft industry seperti jasa juga penting karena ini yang lebih banyak menyerap tenaga kerja," pungkasnya.

Selain itu, konsistensi pemerintah dalam melakukan kebijakan reformasi struktural perekonomian di sepanjang tahun ini juga penting untuk mempertahankan peringkat layak investasi di mata lembaga internasional lainnya yang lebih besar dan signifikan seperti S&P dan Moody's.

David mengatakan, kedua lembaga pemeringkat internasional tersebut mungkin saja sejalan dengan R&I dan JCR yang lebih dulu memberi outlook positif untuk Indonesia.

"Semua tergantung realisasi kebijakan pemerintah seperti apa di tahun ini. Kalau reformasi struktural berlanjut, outlook S&P dan Moody's seharusnya tetap bagus," kata David.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Herlina Kartika Dewi