Tak hanya Kemtan, peternak ayam siap geruduk 3 perusahaan poultry, siapa saja?



KONTAN.CO.ID -JAKARTA. Tergabung dalam Perhimpunan Insan Perunggasan Rakyat Indonesia (Pinsar Indonesia), para peternak akan akan turun ke jalan,Rabu,22 Januari 2020 mulai jam 09.00 AM.  Aksi unjuk rasa ini dilakukan sebagai protes atas anjloknya harga ayam.

Dalam surat izin melakukan aksi unjuk rasa yang didapat kontan.co.id,  Pinsar akan mengerahkan  sekitar 300 orang dalam aksi unjuk rasa . Dalam demontrasi ini, para peternak ayam ini menuntut: 

Pertama, menuntut kenaikan harga ayam.  


Kedua, para peternak juga menuntut pergantian Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, Kementerian Pertanian dan pembubaran tim ahli.

Tuntutan ketiga adalah merevisi Undang-Undang no 18/2009 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan, keempat menuntut pemerintah untuk mengatur, menata, dan melindungi pasar ayam peternak.  

Masih menurut surat yang sama, aksi unjuk rasa ini rencananya tidak hanya akan dilakjukan di Kantor Kementerian Pertanian, tapi para peternak juga akan mendatangi perusahaan poultry  yakni  PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk (CPIN), PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk (JPFA) serta PT Cheil Jedang Indonesia sebagai agregator.

Ketua Pinsar Indonesia Singgih Januratmoko mengatakan, harga ayam hidup terus turun selama 17 bulan terakhir. Efek penurunan harga: peternak ayam merugi sebesar Rp 3 triliun. Penurunan harga ayam terjadi karena ada kelebihan pasokan. Dari Desemer hingga Februari 2020 nanti, akan ada kelebihan ayam hidup sebanyak  20 juta ekor per minggu. Adapun, kebutuhan hingga Februari berkisar 52 juta sampai 55 juta ekor.

Efeknya kelebihan pasokan,  harga ayam hidup lepas kandang anjlok jika dibandingkan dengan harga pokok produksi (HPP). Saat ini,  harga ayam hidup lepas kandang Rp13.500-14.500 per kg, sedangkan HPP ayam di angka Rp17.500-18.000/kg. Meski sempat naik hingga Rp17.000/kg menjelang Natal 2019 atau mendekati HPP namun saat ini kembali turun.

Peternak sejatinya sudah melaporkan kondisi ini ke Kementerian Peternakan. Kesepakatannya dengan pemerintah, khususnya Dirjen PKH disepakati  ada pengurangan 7 juta bibit ayam. Masalahnya, "Pemerintah ternyata hanya mengurangi 5 juta ekor ayam,” ujar Singgih. Dampaknya, kelebihan pasokan ayam hidup semakin membesar. 

Dampak kelebihan pasokan itu pula yang membuat harga ayam anjlok dan peternak ayam merugi.  "Tanpa dipotong keran atau suplainya, peternak akan semakin sulit," ujar Singgih kepada Kontan (22/1). 

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Titis Nurdiana