Tak hanya terhadap dollar AS, rupiah melemah di hadapan mata uang regional



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Koreksi yang dihadapi rupiah sulit dibendung. Tak hanya terhadap dollar Amerika Serikat, rupiah juga melemah dihadapan sejumlah mata uang regional atau dari negara tetangga.

Sebagai contoh, mengutip Bloomberg pada Rabu (5/9) pukul 15.00 WIB, kurs rupiah menyusut 1,59% year to date (ytd) ke level Rp 10.692,96 per dollar Australia. Rupiah juga sudah terkoreksi 7,01% (ytd) dengan dollar Singapura di level Rp 10.818.

Mata uang garuda juga melemah 7,49% (ytd) dengan ringgit Malaysia di level Rp 3.601,57. Bahkan, saat ini rupiah berada di level terendahnya dengan mata uang asal Negeri Jiran tersebut.


Analis Monex Investindo Futures, Faisyal berpendapat, pelemahan rupiah dihadapan mata uang regional merupakan efek dari perbedaan kondisi ekonomi di antara negara-negara yang bersangkutan. Ia pun menyebut, posisi defisit transaksi berjalan Indonesia yang melebar menjadi 3% di kuartal II 2018 berpengaruh besar terhadap koreksi rupiah terhadap sejumlah mata uang negara tetangga.

Sebagai negara emerging market, melebarnya defisit transaksi berjalan akan menambah beban suatu mata uang dalam menahan tekanan sentimen global seperti kenaikan suku bunga acuan AS dan perang dagang. Aksi penjualan di pasar saham dan obligasi pun rentan terjadi ketika kondisi tersebut berlangsung.

Lebih lanjut, adanya agenda politik juga mempengaruhi pergerakan rupiah dihadapan mata uang regional. Hal tersebut turut membuat para investor cenderung lebih waspada untuk berinvestasi pada aset dari negara emerging market, terutama yang sedang menghadapi agenda Pemilu.

“Ini juga membuat rupiah melemah dengan negara di sekitarnya, karena tidak semua negara dihadapkan pada kondisi tahun politik,” kata Faisyal.

Dia melanjutkan, jika tren pelemahan rupiah terhadap dollar AS masih berlanjut, maka potensi pelemahan mata uang garuda dengan mata uang regional juga cukup besar. Maka dari itu, penting bagi pemerintah untuk membuat kebijakan yang efektif dalam memperbaiki posisi defisit transaksi berjalan agar rupiah tidak ikut melemah dihadapan mata uang regional.

“Kalau hanya mengandalkan BI tidak cukup, karena sejauh ini yang efektif hanya kenaikan suku bunga,” imbuh Faisyal.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Sanny Cicilia