Tak Ingin Buy Back, FREN Melobi Investor Obligasi



JAKARTA. Gara-gara berganti juragan, kesibukan PT Mobile-8 Telecom Tbk (FREN) bertambah. Pemilik merek Fren itu harus segera membeli kembali (buy back) obligasi global terbitannya yang bernilai US$ 100 juta.Sejatinya, jatuh tempo obligasi itu baru pada Maret 2013. Namun, karena juragan FREN berganti, mereka harus segera membeli kembali obligasi yang diterbitkan lewat Mobile-8 B.V. itu.Sekadar catatan, sejak Agustus 2008, komposisi pemegang saham FREN sudah berganti. Semula, PT Global Mediacom Tbk (BMTR) menjadi pemegang saham pengendali dengan porsi kepemilikan sebesar 66,81% saham. Tapi, pada awal Agustus 2008, BMTR telah menjual 15,81% saham FREN melalui bursa saham dan meraup Rp 457,54 miliar.Lantas, pada September 2008, BMTR melego 32% saham FREN kepada Jerash Investment, perusahaan asal Dubai, senilai Rp 925,99 miliar. Jadi, kini, BMTR hanya memiliki 19% saham FREN. Walhasil, Jerash yang menjadi pemegang saham mayoritas Mobile-8.Nah, salah satu klausul perjanjian penerbitan obligasi menyebut, FREN wajib membeli kembali surat utang itu jika terjadi perubahan pemegang saham mayoritas. FREN harus membeli obligasi terbitannya itu di harga 101% dari nilai parinya, plus bunga yang harus dibayar, dalam waktu 30 hari setelah perubahan pemegang saham.Jerash secara resmi menguasai saham FREN sejak 29 September 2008. Artinya, batas akhir buy back adalah akhir Oktober 2008. Lembaga pemerinkat Moody''s Investor Service pernah mengingatkan bahwa obligasi global yang tercatat di bursa Singapura itu bisa dinyatakan gagal bayar alias default jika FREN tak membelinya kembali.Namun, Direktur Keuangan Mobile-8 Anthony Chandra Kartawiria menyatakan, FREN tidak ingin membeli kembali obligasi tersebut sekarang. "Kami masih menegosiasikan dengan para pemegang obligasi agar tidak perlu membeli kembali obligasi itu," katanya kepada KONTAN, awal pekan ini. Ia tidak menjelaskan alasan lebih detail di balik keengganan FREN membeli kembali surat utang tersebut.Akhmad Nurcahyadi, analis BNI Securities, menilai bahwa FREN termasuk operator seluler yang penetrasinya rendah akibat kerap kekurangan dana. Walhasil, pertumbuhan kinerja FREN juga cenderung stagnan.Kondisi kantong FREN juga pas-pasan. Hingga akhir Juni 2008, FREN hanya memiliki kas Rp 170,92 miliar dan total aset lancar Rp 1,24 triliun. Setahun terakhir ini kinerja FREN juga memburuk. Pada semester satu 2008, perusahaan  ini merugi Rp 99,8 miliar. Padahal, pada periode yang sama 2007, mereka bisa mencetak laba bersih Rp 44,35 miliar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Editor: Barratut Taqiyyah Rafie