KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tak hanya bank bermodal besar saja yang sukses mempercantik kinerja keuangan di semester I 2018. Sejumlah anak usaha perbankan pun juga berhasil membukukan kinerja positif. PT Bank BNI Syariah misalnya yang mencatatkan pertumbuhan positif, tercermin dari laba BNI Syariah yang tumbuh 22,89% secara tahunan atau
year on year (yoy) di semester I 2018 menembus Rp 202,9 miliar. Direktur BNI Syariah Dhias Widhiyati menjelaskan, tak hanya dari sisi laba bersih saja. Kinerja yang membaik di semester I 2018 ini tercermin dari peningkatan aset mencapai 22,9% yoy menjadi Rp 37,8 triliun dari posisi yang sama tahun lalu sebesar Rp 30,7 triliun.
Hal ini menurutnya didorong oleh pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) yang cukup deras sebanyak 21,5% secara yoy. Di sisi lain, ekuitas perusahaan juga tumbuh 49,8% berkat penambahan modal induk yaitu PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI) sebanyak Rp 1 triliun pada akhir 2017 lalu. Sedangkan pembiayaan BNI Syariah tercatat tumbuh 11,4% menjadi Rp 25,1 triliun dari posisi yang sama tahun lalu sebesar Rp 22,6 triliun. "Pertumbuhan ini terutama dikontribusikan oleh pertumbuhan segmen komersial 22%, segmen kecil dan menengah 12,3%. Sementara konsumber tumbuh 7,8%," tutur Dhias kepada Kontan.co.id, Selasa (1/8). Lebih lanjut, untuk tahun 2018 ini BNI Syariah menargetkan pertumbuhan pembiayaan dan DPK di kisaran 14%. Sedangkan dari sisi profitabilitas, BNI Syariah memproyeksi laba di atas Rp 400 miliar pada akhir tahun, alias tumbuh lebih dari 30% laba tahun lalu. Strategi BNI Syariah untuk menggenjot kinerja diantaranya, ekspansi pembiayaan pada nasabah dengan tingkat risiko yang rendah sambil memanfaatkan kerjasama
supply chain dan sindikasi BNI induk. Ke depan, BNI Syariah akan menggarap lebih intens pembiayaan produktif di segmen komersial serta kecil dan menengah. "Kami akan meningkatkan dana murah melalui kerja sama intensif di antaranya perguruan tinggi, sekolah, yayasan, lembaga pemerintah dan
halal ecosystem lainnya," sambungnya. Bukan cuma BNI Syariah saja, PT Bank BRI Agroniaga Tbk (BRI Agro) juga mengalami perbaikan. Anak usaha PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) ini mempu mencatatkan pertumbuhan laba bersih sebesar 160,86% secara yoy menjadi Rp 130,9 miliar. Direktur Utama BRI Agro Agus Noorsanto bilang kenaikan laba didorong oleh pertumbuhan kredit di segmen menengah yang cukup besar. Laba tersebut antara lain ditopang pendapatan bunga yang lebih tinggi dibanding beban bunga. Tercatat pendapatan bunga BRI Agro mencapai Rp 787,68 miliar. Sedangkan beban bunga sebesar Rp 461,62 miliar. Hingga akhir tahun, Agus bilang pihaknya masih menargetkan pertumbuhan laba sesuai dengan rencana bisnis bank (RBB) menjadi Rp 230 miliar atau tumbuh 66% yoy. Sejalan dengan pergerakan laba, aset BRI Agro juga ikut naik 15,01% yoy menjadi Rp 18,77 triliun, ditopang oleh kenaikan kredit 19,85% menjadi Rp 13,16 triliun. "Target pertumbuhan kredit hingga akhir tahun sebesar 35% menjadi Rp 14 triliun," kata Agus. Sama halnya dengan anak usaha bank milik BRI yang lain, yaitu PT Bank BRI Syariah Tbk yang praktis membukukan kinerja positif. Sekretaris Perusahaan BRI Syariah Indri Tri Handayani bilang dari sisi aset pihaknya membukukan kenaikan 20,83% menjadi Rp 36,14 triliun. Kenaikan aset ini dipengaruhi oleh pertumbuhan DPK yang naik 12% menjadi Rp 26,83 triliun. Sejalan dengan hal tersebut, bank yang baru saja IPO ini berhasil mencatat kenaikan laba bersih di semester I 2018 sebesar 95,35% yoy menjadi Rp 120,16 miliar. "Target di tahun ini tentunya BRI Syariah optimis tumbuh lebih tinggi dari tahun kemarin," singkatnya. Tak mau kalah, PT Bank Mandiri Taspen (Mantap) milik Bank Mandiri ini juga membukukan kinerja positif. Terutama dari sisi pertumbuhan kredit yang naik 71,8% yoy menjadi Rp 12,9 triliun diimbangi dengan DPK yang tumbuh 53,7% menjadi Rp 12,7 triliun di periode kuartal II 2018. Sampai akhir tahun, Direktur Utama Bank Mantap Josephus K. Triprakoso mengatakan, kredit akan tumbuh di kisaran 47% yoy menjadi minimal di angka Rp 15 triliun. Serta DPK dan sumber pendanaan lain ditarget mencapai Rp 174 triliun alias tumbuh 48%. "Aset kami proyeksi akhir tahun akan tembus Rp 20 triliun atau tumbuh 47%. Sementara laba bersih di kisaran Rp 300 miliar akhir 2018. Kami optimis mencapai target tersebut," jelasnya.
Untuk memperkuat struktur permodalan, Bank Mantap juga akan melangsungkan
rights issue dengan proyeksi dana Rp 500 miliar. Alhasil, bila terserap maka rasio kecukupan modal atau
capital adequacy ratio (CAR) Bank Mantap bakal tembus ke 17% sampai 18%. Tak ketinggalan, PT Bank BCA Syariah juga turut mencatat kenaikan laba bersih sebesar 25,23% di semester I 2018 menjadi Rp 25,21 miliar. Perolehan tersebut menurut John Kosasih, Presiden Direktur BCA Syariah ditopang pembiayaan yang tumbuh 21,33% mencapai Rp 4,71 triliun dan DPK yang juga tumbuh 21,81% menjadi Rp 5,17 triliun. Pertumbuhan tersebut juga mendongkrak kenaikan aset BCA Syariah pada semester I-2018 menjadi Rp 6,4 triliun, naik 18,6% dibanding periode tahun sebelumnya yang mencapai Rp 5,4 triliun. Ke depan, pihaknya optimistis pertumbuhan pembiayaan dapat meningkat di kisaran 10%-15% pada akhir tahun. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Wahyu T.Rahmawati