Tak Kalah Garang dari Minyak Goreng



JAKARTA. Pasar saham yang bullish atau sedang bergairah adalah masa yang tepat untuk menggelar hajatan initial public offering (IPO) alias penawaran saham perdana. Pasalnya, perusahaan yang akan go public akan mendapatkan harga saham perdana yang lebih baik. Seakan tidak ingin melewatkan momentum itu, sejumlah perusahaan mulai mengedarkan prospektus IPO mereka. Salah satunya adalah PT Sampoerna Agro.

Mengawali debutnya di Bursa Efek Jakarta (BEJ), Sampoerna Agro akan menawarkan 461.350.000 saham kepada masyarakat. Angka ini mewakili sekitar 24,4% dari total sahamnya. Persentase ini, menurut Liliana Bambang dari Mandiri Sekuritas, cukup memadai. "Saya rasa (perdagangannya) akan cukup likuid," katanya. Namun, Felix Sindhunata, Kepala Riset Mega Capital Indonesia, berpendapat lain. Ia menilai, jumlah saham yang ditawarkan pada publik tergolong kecil. "Jadi tetap perlu dicermati potensi risiko likuiditasnya," ujarnya. Pun begitu, kedua analis sepakat prospek saham Sampoerna Agro cukup menarik. Ada sederet alasannya. Pertama, kata Liliana, prospek industri kelapa sawit yang bagus. Apalagi, seperti halnya PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI), Sampoerna Agro fokus di bidang kelapa sawit. Tak bisa dipungkiri, bisnis minyak sawit tengah berada pada masa keemasan.

Tingginya permintaan crude palm oil (CPO) alias minyak sawit mentah dan produk turunannya, terutama dari China dan India, membuat harganya melambung. Felix yakin, permintaan CPO akan terus meningkat seiring mulai produksinya biodiesel di Asia dan Eropa. Menurut Felix, harga berjangka CPO di pasar Malaysia telah naik dari 1.976 ringgit Malaysia pada akhir 2006 menjadi 2.500 per tanggal 23 Mei. "Sudah meningkat 26,5%," simpul Felix. Begitu pula, harga CPO CIF Rotterdam. Menurut Liliana, harga CPO yang sudah memasukkan biaya produksi, asuransi dan pengiriman di pasar Rotterdam ini kini sudah mencapai US$ 770 per ton. Padahal, rata-rata harga pada tahun lalu baru US$ 478 per ton. Jadi, harganya telah naik sekitar 61,1%.


Hal menarik berikutnya adalah Sampoerna Agro memiliki total lahan yang besar, yaitu 170.519 hektare. Ini lebih besar ketimbang total lahan AALI yang mencapai 163.482 hektare. Memang, baru sekitar 74.249 hektare yang sudah ditanami sawit. Adapun, lahan dengan tanaman yang sudah matang alias siap menghasilkan panen yang baik mencapai 54.944 hektare. "Ini mencerminkan potensi ekspansi yang cukup baik dalam jangka menengah-panjang," tutur Felix. Dari sisi kinerja keuangan pun, Sampoerna Agro menampilkan kinerja yang cukup memuaskan. Pendapatannya mengalami pertumbuhan 56,1%, dari Rp 626 miliar pada 2005 menjadi Rp 977 pada 2006. Ujungnya, laba bersihnya pun meningkat 85,2% menjadi Rp 113 miliar, dari Rp 61 miliar.

Terakhir, yang menarik dari Sampoerna Agro adalah nama besar Sampoerna itu sendiri. Keluarga taipan yang pernah menguasai bisnis rokok PT HM Sampoerna Tbk (HMSP) dikenal memiliki reputasi bisnis dan kemampuan manajemen yang baik. Ini modal yang sangat baik untuk meyakinkan investor di pasar saham. Setelah melihat semua faktor tadi, Felix tidak ragu merekomendasikan beli saham perdana Sampoerna Agro untuk investasi jangka menengah dan panjang. Jika berminat, sebaiknya siapkan dana Anda dan jangan sampai terlambat memesan antara 11 Juni-13 Juni mendatang. Sebagai ancar-ancar, Sampoerna membuka harga antara Rp 1.900-Rp 2.400 per saham

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Test Test