KONTAN.CO.ID -JAKARTA. Demi mengoptimalisasi proses bisnis dalam beberapa tahun ke depan, sejumlah perusahaan mulai memikirkan pengembangan Artificial Intrlligence (AI) dan Big Data. Berdasarkan riset
International Data Corporation (IDC), sebanyak 51% perusahaan dalam negeri berencana mengadopsi teknologi AI saja dalam kurun waktu 2-3 tahun mendatang.
Baca Juga: Ingin bisnis efisien? Startup Pindai tawarkan teknologi pengenalan wajah berbasis AI Tren ini menurut On Lee,
Chief Technology Officer (CTO) GDP Venture Indonesia sudah berkembang positif. Dimana pada awalnya kebutuhan AI masih dipandang sebelah mata oleh banyak korporasi. "Sekarang semua sudah mau pakai dan ikutan," sebutnya ditemui KONTAN usai seminar teknologi di Hotel Borobudur, Senin (16/9). Tentunya hal tersebut bakal jadi prospek bisnis yang baik bagi
start-up penyedia teknologi AI lokal. Menurut Ong, pangsa pasarnya masih besar namun ia melihat perusahaan start-up lokal kebanyakan masih terbatas sebagai marketing teknologi AI ketimbang developer alias pengembang resmi. Apalagi marketnya sangat besar, mengutip riset
fitchbook.com ia memaparkan bahwa sampai dengan Juli 2019 nilai industri AI global mencapai US$ 280 miliar. Untuk itu ia menekankan, agar industri digital ini maju perlu disokong oleh Sumber Daya Manusia (SDM) yang mumpuni. Start-up lokal penyedia teknologi AI sebenarnya punya kelebihan lantaran menguasai bahasa Indonesia sebagai bahasa penutur utama konsumen dalam negeri.
Baca Juga: Merasa terganggu notifikasi WhatsApp? Ini cara mudah menyetopnya Kelebihan akan penggunaan bahasa itulah yang menjadi optimisme
start up penyedia
chatbot, PT YesBoss Group Indonesia (
Kata.ai). Perusahaan perintis ini mengembangkan layanan pelanggan (
customer service) berbasis AI lewat chat di aplikasi media sosial mulai dari WhatsApp, Telegram, Twitter, LINE, Facebook dan lainnya. "Klien kami yang direct ada sekitar 30 perusahaan, sementara yang non-direct bisa ratusan," ujar Denny Wijaya, Project Manager
Kata.ai ditemui di acara yang sama, Senin (16/9). Beberapa pelanggan besar perusahaan ini seperti Bank Rakyat Indonesia (BRI) dan Telkomsel.
Baca Juga: NU-Gopay kerjasama, sedekah di NU Care-LazisNU jadi lebih mudah Sementara itu dari sisi big data, Indonesia dipandang sebagai salah satu pasar di Asia yang potensial tumbuh signifikan dalam beberapa tahun kedepan. "Seiring pembangunan infrastruktur telekomunikasi tentu mendorong industri ini, asalkan (pemerintah) punya political will yang mendukung," ujar Imron Zuhri, CTO HARA, sebuah penyedia big data dibidang pertanian. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Azis Husaini