KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Fokus pasar global yang kini berkiblat pada Amerika Serikat (AS) membuat yen ditinggalkan. Alhasil, mata uang Jepang tersebut harus tertunduk di hadapan mata uang utama lainnya. Kamis (12/7), pasangan mata uang USD/JPY menguat 0,38% ke level 112,44. Serupa, EUR/JPY pun berhasil menanjak 0,37% menjadi 131,25 dan
pairing GBP/JPY melesat 0,45% ke posisi 148,568. Perang dagang antara Amerika Serikat dengan China serta Uni Eropa tampaknya tak lagi mempengaruhi pergerakan yen. Padahal dulu, JPY sempat menjadi primadona saat konflik geopolitik ataupun perang dagang melanda pasar global.
Sayangnya, kini kedudukan yen sebagai aset lindung nilai atawa
safe haven digeser oleh dollar AS.
The greenback mulai mendapat keuntungan saat perang dagang yang didengungkan Presiden Donald Trump berkumandang. Terlebih, dari sisi moneter, Negeri Paman Sam sudah jauh lebih baik. Lihat saja, The Federal Reserve sudah menaikkan suku bunga acuan dua kali di tahun ini menjadi 2%. Hal berbeda justru dilakukan Bank of Japan (BoJ), yang masih mempertahankan kebijakan pelonggaran. Tekanan bagi JPY bertambah setelah Motoshige Itoh, anggota Dewan Kebijakan Ekonomi dan Fiskal Jepang, menyebut, pemerintah akan tetap mempertahankan kebijakan ekstra longgar demi mengerek inflasi Negeri Matahari Terbit tersebut. Sementara di AS, indeks harga produsen atawa producer price index (PPI) berhasil mencapai 0,3%. Hasil yang lebih baik dari prediksi ini membuat dollar AS perkasa. Hasil tersebut semakin meningkatkan ekspektasi bahwa Fed
fund rate bisa naik dua kali lagi di sisa tahun ini. "Ini juga membuat dollar AS lebih dicari," kata Investama Nizar Hilmy, analis Global Kapital, Kamis (12/7).
Konflik politik di Inggris bahkan gagal membuat yen mengungguli poundsterling. Padahal awal pekan ini, Inggris diempas kanberita pengunduran diri Menteri Luar Negeri Inggris Boris Johnson dan menteri yang bertanggung jawab atas perundingan Brexit, David Davis. Analis Monex Investindo Futures Putu Agus Pransuamitra mengatakan, poundsterling mendapatkan suntikan tenaga karena ekspektasi pasar terhadap Bank of England (BoE). "Pasar memperkirakan BoE akan menaikkan suku bungan di Agustus," ujar dia. Serupa, posisi euro pun berada di atas angin setelah Gubernur European Central Bank (ECB) Mario Draghi memberikan sinyal kenaikan suku bunga sebelum akhir tahun ini berakhir. Padahal sebelumnya, ECB menegaskan, kenaikan suku bunga baru dapat dilakukan pada awal 2019 mendatang. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Wahyu T.Rahmawati