JAKARTA. Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) mulai melakukan langkah politik untuk menjajaki peluang koalisi dengan sejumlah partai. PKB tak lagi bertumpu pada Partai Demokrat sebagai mitra koalisi.Ketua Dewan Pimpinan Pusat PKB Marwan Ja'far mengatakan, partainya tengah membuka jalan komunikasi dengan PDI Perjuangan dan Gerindra. Dua partai papan atas Pemilu 2014. Menurut Marwan, dalam bacaan PKB, akan ada tiga blok koalisi yang mungkin terbentuk menjelang pemilihan presiden. Pertama, koalisi yang akan mengusung bakal calon presiden dari PDI-P Joko Widodo; kedua, koalisi pengusung bakal calon presiden dari Partai Golkar Aburizal Bakrie; dan ketiga, koalisi pengusung bakal calon presiden dari Partai Gerindra. Dari ketiga itu, PKB akan fokus pada PDI-P dan Gerindra."Melalui second line pengurus partai, kami mulai intensif melakukan komunikasi ke PDI-P dan Gerindra. Sekarang fokusnya dua partai itu dulu," ujar Marwan saat dihubungi Jumat (11/4/2014).Marwan mengatakan, PDI-P dan PKB memiliki catatan historis yang baik di masa lalu. PDI-P, kata Marwan, memiliki kedekatan historis dengan Nahdlatul Ulama yang menjadi basis utama PKB. Massa di akar rumput antara dua partai ini pun, kata Marwan, cukup baik.Sementara itu, dengan Partai Gerindra, menurutnya, Prabowo tetap memiliki keunggulan elektabilitas yang berpeluang menyaingi elektabilitas Jokowi. Namun, belum diputuskan ke mana PKB akan berlabuh. Marwan mengungkapkan, PKB masih melakukan konsultasi dengan para kiai NU. "Sekarang sedang kami timang-timang. Kami ingin koalisi produktif, bukan dagang sapi sehingga bisa tercipta pemerintahan kuat," katanya.Sementara itu, mengenai kemungkinan berkoalisi dengan Partai Demokrat, Marwan mengatakan hal itu bisa saja terjadi. Hanya, lanjut dia, saat ini Partai Demokrat belum memiliki calon presiden. Selain itu, Partai Demokrat menurunkan targetnya menjadi calon wakil presiden.PKB, kata Marwan, kini juga memiliki target realistis dengan hanya mengajukan calon wakil presiden. Untuk tokoh yang diajukan sebagai cawapres, PKB masih menimbang tiga nama, yaitu Mahfud MD, Rhoma Irama, dan Jusuf Kalla.Koalisi partai Islam hanya utopiaMengenai peluang bersatunya partai-partai berbasis massa Islam dalam barisan koalisi, Marwan menilai, akan sulit diwujudkan karena ego masing-masing partai. Ego yang dimaksud Marwan adalah terkait ideologi. PKB masih lebih condong berkoalisi dengan partai-partai berhaluan nasionalis."Untuk mengumpulkan duduk satu meja partai-partai Islam itu sulit sekali. Terkadang, lebih baik kalau kami berkomunikasi dengan partai nasionalis," ujar Marwan.Koalisi poros tengah jilid II yang sempat mengemuka tahun lalu, dianggapnya tak lagi relevan. "Koalisi poros tengah jilid II bisa disebut hanya utopia karena zamannya sudah beda. Kalau dulu kan masih dipilih MPR, sekarang petanya sama sekali beda," kata anggota Komisi V DPR itu.Akan tetapi, Marwan mengatakan, partai-partai Islam bisa saja membuat kejutan apabila ada seorang solidarity maker yang menggabungkan partai-partai ini. "Semua hal bisa terjadi karena tidak ada partai yang dominan," ujarnya. (Sabrina Asril)Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Tak lirik Demokrat, PKB jajaki PDI-P dan Gerindra
JAKARTA. Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) mulai melakukan langkah politik untuk menjajaki peluang koalisi dengan sejumlah partai. PKB tak lagi bertumpu pada Partai Demokrat sebagai mitra koalisi.Ketua Dewan Pimpinan Pusat PKB Marwan Ja'far mengatakan, partainya tengah membuka jalan komunikasi dengan PDI Perjuangan dan Gerindra. Dua partai papan atas Pemilu 2014. Menurut Marwan, dalam bacaan PKB, akan ada tiga blok koalisi yang mungkin terbentuk menjelang pemilihan presiden. Pertama, koalisi yang akan mengusung bakal calon presiden dari PDI-P Joko Widodo; kedua, koalisi pengusung bakal calon presiden dari Partai Golkar Aburizal Bakrie; dan ketiga, koalisi pengusung bakal calon presiden dari Partai Gerindra. Dari ketiga itu, PKB akan fokus pada PDI-P dan Gerindra."Melalui second line pengurus partai, kami mulai intensif melakukan komunikasi ke PDI-P dan Gerindra. Sekarang fokusnya dua partai itu dulu," ujar Marwan saat dihubungi Jumat (11/4/2014).Marwan mengatakan, PDI-P dan PKB memiliki catatan historis yang baik di masa lalu. PDI-P, kata Marwan, memiliki kedekatan historis dengan Nahdlatul Ulama yang menjadi basis utama PKB. Massa di akar rumput antara dua partai ini pun, kata Marwan, cukup baik.Sementara itu, dengan Partai Gerindra, menurutnya, Prabowo tetap memiliki keunggulan elektabilitas yang berpeluang menyaingi elektabilitas Jokowi. Namun, belum diputuskan ke mana PKB akan berlabuh. Marwan mengungkapkan, PKB masih melakukan konsultasi dengan para kiai NU. "Sekarang sedang kami timang-timang. Kami ingin koalisi produktif, bukan dagang sapi sehingga bisa tercipta pemerintahan kuat," katanya.Sementara itu, mengenai kemungkinan berkoalisi dengan Partai Demokrat, Marwan mengatakan hal itu bisa saja terjadi. Hanya, lanjut dia, saat ini Partai Demokrat belum memiliki calon presiden. Selain itu, Partai Demokrat menurunkan targetnya menjadi calon wakil presiden.PKB, kata Marwan, kini juga memiliki target realistis dengan hanya mengajukan calon wakil presiden. Untuk tokoh yang diajukan sebagai cawapres, PKB masih menimbang tiga nama, yaitu Mahfud MD, Rhoma Irama, dan Jusuf Kalla.Koalisi partai Islam hanya utopiaMengenai peluang bersatunya partai-partai berbasis massa Islam dalam barisan koalisi, Marwan menilai, akan sulit diwujudkan karena ego masing-masing partai. Ego yang dimaksud Marwan adalah terkait ideologi. PKB masih lebih condong berkoalisi dengan partai-partai berhaluan nasionalis."Untuk mengumpulkan duduk satu meja partai-partai Islam itu sulit sekali. Terkadang, lebih baik kalau kami berkomunikasi dengan partai nasionalis," ujar Marwan.Koalisi poros tengah jilid II yang sempat mengemuka tahun lalu, dianggapnya tak lagi relevan. "Koalisi poros tengah jilid II bisa disebut hanya utopia karena zamannya sudah beda. Kalau dulu kan masih dipilih MPR, sekarang petanya sama sekali beda," kata anggota Komisi V DPR itu.Akan tetapi, Marwan mengatakan, partai-partai Islam bisa saja membuat kejutan apabila ada seorang solidarity maker yang menggabungkan partai-partai ini. "Semua hal bisa terjadi karena tidak ada partai yang dominan," ujarnya. (Sabrina Asril)Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News