KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Perbankan terus mengembangkan digital banking. Tidak cuma bank besar saja, bank pembangunan daerah (BPD) juga tengah mendorong pengembangan di sektor digital. Salah satunya PT Bank Banten Tbk (BEKS). Bank Banten menggandeng PT Fortress Data Services (FDS) dalam penggunaan teknologi Amazon Web Services (AWS) yang diperuntukkan untuk transformasi, baik bagi nasabah ataupun untuk operasional Bank Banten. Bank Banten menyasar kolaborasi dengan institusi pendidikan, kesehatan, usaha mikro kecil menengah (UMKM), dan pelaku industri di Banten untuk mengembangkan ekosistem keuangan di Banten.
Sutjahyo Budiman, Direktur Utama FDS mengatakan, selain transformasi, kerjasama antara pelaku UMKM dan Bank Banten merupakan poin penting untuk pengembangan ekosistem keuangan di daerah Banten. “Semua berlomba-lomba untuk masuk ke digital, mulai dari fintech, bank, marketplace semua mengarah ke digital. Jika melihat dua tahun terakhir semenjak ada pandemi, transaksi digital naik kali lipat di tempat kami. Digitalisasi sudah menjadi kebutuhan yang mandatory, terutama di sektor industri finansial,” ujarnya dalam konferensi pers, Jumat (17/9).
Baca Juga: Aset naik pada semester I-2021, Bank Banten optimistis segera cetak laba Terkait dengan biaya capex IT, Direktur Utama Bank Banten Agus Syabarrudin menyebutkan, pihaknya tengah berupaya menekan biaya capex dalam pengembangan IT. Bank Banten menyadari belanja IT agak berat dan dialihkan menjadi operating expense (opex). "Ke depannya kami tidak perlu lagi memikirkan misalnya investasi untuk pembelian aplikasi, atau menyiapkan infrastruktur untuk data center dan sebagainya. Jadi, kami akan lebih melakukan cost efficiency, dengan memfokuskan kepada opex bukan capex,” ujar Agus di kesempatan yang sama. Agus juga mengatakan, untuk saat ini Bank Banten belum merencanakan membuat superapp. Saat ini, Bank Banten tengah fokus melakukan digitalisasi proses, melakukan partnership, dan tidak banyak belanja capex melainkan dengan kerjasama dengan pihak terkait untuk pengembangan digitalnya. “Tiga bulan pertama ini kami berusaha melengkapi hal yang belum ada; yaitu electronic banking, mobile banking, dan CMS. Itu yang sekarang sedang kita kerjakan, dan kami butuh untuk mematuhi aturan dari Bank Indonesia (BI) dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK),” tambah Agus. PT BPD Sumatera Selatan dan Bangka Belitung atau Bank Sumsel Babel (BSB) juga tengah mendongkrak peningkatan transaksi pada kanal elektronik, khususnya pada layanan Quick Response Indonesian Standard (QRIS), mobile banking dan CDM baik dari jumlah frekuensi transaksi maupun nominal transaksi. “BSB saat ini sudah pada tahap transaksi menggunakan platform-based transaction yang didukung dengan adanya instrumen website dan mobile pribadi milik BSB,” ujar Direktur Utama Bank Sumsel Babel, Antonius Prabowo kepada KONTAN, Jumat (17/9). Antonius bilang, untuk anggaran capex IT Bank Sumsel Babel hingga akhir 2021 kurang lebih Rp 200 miliar. Ia juga menuturkan, arah pengembangan digital hingga akhir tahun ini yaitu pada open application program interface (API), virtual account, dan costumer on boarding.
Strategi Bank Sumsel Babel dalam mendorong pengembangan digital yaitu ada pada tiga aspek.
Pertama, sumber daya manusia (SDM), di mana Bank Sumsel Babel meningkatkan kompetensi dan kecukupan SDM dalam mengembangkan teknologi BSB.
Kedua, aspek proses yakni dengan meningkatkan kinerja proses kelola teknologi melalui implementasi praktik yang terbaik, dan tetap memerhatikan keamanan transaksi dan keberlangsungan bisnis.
Ketiga, aspek teknologi di mana Bank Sumsel Babel meningkatkan kemampuan teknologi dan pengelolaan data untuk menunjang bisnis. “Target dari pengembangan digital ini yaitu meningkatkan kualitas layanan terutama masyarakat di wilayah yang aksesnya belum baik sehingga dapat bertransaksi di bank dengan cepat, praktis dan aman; memperbesar pangsa pasar nasabah; dan optimalisasi efisiensi bisnis,” kata Antonius.
Baca Juga: Bank pembangunan daerah berencana perkuat permodalan Editor: Khomarul Hidayat