Tak mau ketinggalan zaman digital, ini langkah Kimia Farma



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tren digital mengharuskan perusahaan berubah. Pola konsumsi masyarakat dalam berbelanja bukan satu-satunya alasan. Dengan digitalisasi, proses bisnis pun jadi lebih efisien dan terukur.

Perubahan ini juga dilakukan oleh PT Kimia Farma Tbk (KAEF). Tahun ini, Kimia Farma cukup masif berekspansi di ranah digital. Seperti, menerapkan teknologi internet of things (IoT) dalam proses produksi obat di pabrik hingga membuat aplikasi untuk mengontrol proses distribusi hingga ke outlet ritel miliknya.

Direktur Utama Kimia Farma, Honesti Basyir bilang, ada beberapa platform yang tengah dipersiapkan untuk ekspansi di ranah digital ini.


"Nantinya semua outlet akan terintegrasi dalam satu platform, sehingga kami bisa kontrol masalah inventorinya hingga distribusi obatnya," ujar Honesti, setelah Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST), Kamis (19/4).

Dari aplikasi tersebut, emiten berkode KAEF ini dapat memantau kinerja outlet ritelnya. "Dari aplikasi ini, nanti kami juga bisa tahu mana outlet yang punya perfomance bagus, mana yang untung dan mana yang rugi, mana yang sales-nya naik dan turun," papar Honesti.

Aplikasi tersebut sudah diluncurkan pada bulan Maret lalu, dan targetnya triwulan keempat semua outlet Kimia Farma sudah terintegrasi.

Asal tahu saja, saat ini Kimia Farma memiliki 1.009 apotek, 522 klinik kesehatan dan 10 optik. Sementara di bidang distribusi, Kimia Farma mengoperasikan sebanyak 47 cabang.

Selain aplikasi untuk memantau proses bisnis di gerai offline, Kimia Farma juga tengah mengembangkan aplikasi bernama 'Track and Trace'. Aplikasi ini berfungsi untuk mengontrol distribusi obat. Maklum, isu terbesar industri farmasi adalah peredaran obat palsu dan ilegal.

"Dengan aplikasi ini, kami dapat mendeteksi peredaran obat mulai dari produksi sampai di level end user-nya," kata Honesti.

Pihak end user alias pengguna obat juga dapat menggunakan aplikasi ini untuk melihat kondisi obat yang dia konsumsi. Sehingga, pengguna dapat membedakan mana obat palsu dan obat kadaluarsa menggunakan gadget-nya masing-masing.

Saat ini, aplikasi Track and Trace sudah masuk tahap integrasi dengan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati