Dengan mengandalkan penjualan melalui internet, para pembuat speaker aktif berhasil mendekati konsumen muda. Mereka bisa mematok harga jual yang lebih murah lantaran tidak memakai perantara. Alhasil, saban bulan, produsen pengeras suara tambahan itu mampu meraup pemasukan hingga Rp 70 juta.Ternyata, bangsa kita mampu memproduksi speaker aktif yang tak kalah kualitasnya dengan buatan luar negeri. Buktinya, pemain lokal bisa mendapatkan laba puluhan juta di tengah serbuan produk asing.Produk berkualitas dengan harga ekonomis menjadi kuncinya. Mereka bisa mematok harga murah lantaran tak melibatkan perantara dalam proses penjualan.Hadi, salah satu produsen speaker aktif di Jelambar, Jakarta Barat yang mulai menjual pengeras suara tambahan ini merek SS sejak Oktober 2009. Pria yang tak punya latar belakang elektronik sama sekali ini, awalnya hanya mencari kesibukan di masa pensiun saja.Ia menjual tiga paket speaker aktif dengan harga Rp 1,5 juta, Rp 2 juta, dan Rp 3,5 juta. Setiap paket terdiri dari satu amplifier, dua speaker, dan satu subwoofer. "Kualitas dan kekuatan suara yang membedakan ketiganya," kata Hadi. Dia juga menerima pesanan sesuai spesifikasi pelanggan. Penjualan speaker SS buatan Hadi telah tersebar hingga ke Sumatera, Kalimantan, dan Sulawesi. Namun, pangsa pasar terbesar tetap wilayah Jabodetabek.Padahal, Hadi hanya mengandalkan situs Kaskus untuk memasarkan produknya. Penjualan online ini cukup efektif karena pesanan terus mengalir. "Pembeli biasanya menggunakan sendiri, sebab produksi saya tak banyak sehingga susah kalau ada yang ingin menjadi re-seller," ujarnya.Saat ini, tiap bulan, Hadi mampu menjual sepuluh paket speaker aktif. Omzetnya pun berkisar Rp 15 juta sampai Rp 20 juta.Sebagai nilai tambah, Hadi memberikan garansi enam bulan untuk suku cadang dan servis. Tapi, dari 150 produk yang telah laku terjual, hampir tak ada keluhan.Hanya saya, Hadi tidak bisa melayani permintaan dalam jumlah besar. Jumlah pekerja yang hanya tiga orang termasuk dirinya menjadi kendala. Padahal, ia mampu menyelesaikan satu paket speaker aktif dalam waktu dua hari saja. Pemain lainnya, Kartolo Handoyo, pemilik Extreme Internusa di Semarang, memproduksi speaker aktif merek Extreme dan Expose sejak tahun 2005. Setiap bulan, Kartolo mampu mengirim 400 speaker aktif. Dengan harga mulai Rp 175.000 hingga Rp 600.000, ia bisa meraup omzet minimal Rp 70 juta. Expose seharga Rp 250.000 merupakan produk yang banyak dipesan. Selain harganya terjangkau, desain speaker sporty ini banyak digemari anak muda. Sama seperti Hadi, Kartolo juga mengandalkan pemasaran lewat internet. Selain perorangan, toko musik juga banyak memesan kepadanya. Supaya bisa bertahan dari persaingan, ia membuat banyak variasi. Apalagi, dalam dua tahun belakangan, persaingan makin ketat lantaran banyak pemain baru yang bermunculan. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Tak perlu bayar mahal untuk mendengar suara gahar
Dengan mengandalkan penjualan melalui internet, para pembuat speaker aktif berhasil mendekati konsumen muda. Mereka bisa mematok harga jual yang lebih murah lantaran tidak memakai perantara. Alhasil, saban bulan, produsen pengeras suara tambahan itu mampu meraup pemasukan hingga Rp 70 juta.Ternyata, bangsa kita mampu memproduksi speaker aktif yang tak kalah kualitasnya dengan buatan luar negeri. Buktinya, pemain lokal bisa mendapatkan laba puluhan juta di tengah serbuan produk asing.Produk berkualitas dengan harga ekonomis menjadi kuncinya. Mereka bisa mematok harga murah lantaran tak melibatkan perantara dalam proses penjualan.Hadi, salah satu produsen speaker aktif di Jelambar, Jakarta Barat yang mulai menjual pengeras suara tambahan ini merek SS sejak Oktober 2009. Pria yang tak punya latar belakang elektronik sama sekali ini, awalnya hanya mencari kesibukan di masa pensiun saja.Ia menjual tiga paket speaker aktif dengan harga Rp 1,5 juta, Rp 2 juta, dan Rp 3,5 juta. Setiap paket terdiri dari satu amplifier, dua speaker, dan satu subwoofer. "Kualitas dan kekuatan suara yang membedakan ketiganya," kata Hadi. Dia juga menerima pesanan sesuai spesifikasi pelanggan. Penjualan speaker SS buatan Hadi telah tersebar hingga ke Sumatera, Kalimantan, dan Sulawesi. Namun, pangsa pasar terbesar tetap wilayah Jabodetabek.Padahal, Hadi hanya mengandalkan situs Kaskus untuk memasarkan produknya. Penjualan online ini cukup efektif karena pesanan terus mengalir. "Pembeli biasanya menggunakan sendiri, sebab produksi saya tak banyak sehingga susah kalau ada yang ingin menjadi re-seller," ujarnya.Saat ini, tiap bulan, Hadi mampu menjual sepuluh paket speaker aktif. Omzetnya pun berkisar Rp 15 juta sampai Rp 20 juta.Sebagai nilai tambah, Hadi memberikan garansi enam bulan untuk suku cadang dan servis. Tapi, dari 150 produk yang telah laku terjual, hampir tak ada keluhan.Hanya saya, Hadi tidak bisa melayani permintaan dalam jumlah besar. Jumlah pekerja yang hanya tiga orang termasuk dirinya menjadi kendala. Padahal, ia mampu menyelesaikan satu paket speaker aktif dalam waktu dua hari saja. Pemain lainnya, Kartolo Handoyo, pemilik Extreme Internusa di Semarang, memproduksi speaker aktif merek Extreme dan Expose sejak tahun 2005. Setiap bulan, Kartolo mampu mengirim 400 speaker aktif. Dengan harga mulai Rp 175.000 hingga Rp 600.000, ia bisa meraup omzet minimal Rp 70 juta. Expose seharga Rp 250.000 merupakan produk yang banyak dipesan. Selain harganya terjangkau, desain speaker sporty ini banyak digemari anak muda. Sama seperti Hadi, Kartolo juga mengandalkan pemasaran lewat internet. Selain perorangan, toko musik juga banyak memesan kepadanya. Supaya bisa bertahan dari persaingan, ia membuat banyak variasi. Apalagi, dalam dua tahun belakangan, persaingan makin ketat lantaran banyak pemain baru yang bermunculan. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News