Pamor bisnis es krim belum memudar. Bisnis ini tetap diminati karena peluang pasarnya besar. Maklum, hampir semua kalangan suka mengudap es krim, baik anak-anak, remaja, hingga orang dewasa. Salah satu pemain bisnis ini adalah Rifqi Sp yang mengusung brand She Mella asal Surabaya, Jawa Timur. Untuk membedakannya dari para kompetitor, bisnis es krimnya dijalankan dengan konsep moko alias mobil toko. Dengan konsep moko ini, bisnis es krimnya bersifat mobile (bergerak). "Saya bisa menawarkan es krim di mana pun," ujar Rifqi yang merintis usaha ini sejak 2009.
Dengan begitu, jangkauan pasarnya pun bisa semakin luas. Untuk menarik minat konsumen, ia juga menyediakan menu lain selain es krim, seperti kebab dan burger. "Jadi pelanggan bisa memesan es krim sekaligus dengan burgernya," kata Rifqi. Rifqi membanderol es krim Rp 2000 - Rp 5.000 per cup. Sementara burger dan kebab dibanderol mulai Rp 5.000 hingga Rp 10.000 per porsi. "Harga jual kami sangat bersaing," ucapnya. Untuk mengembangkan usahanya, mulai tahun ini, She Mella resmi menawarkan kemitraan usaha. Sejak ditawarkan hingga saat ini, She Mella telah memiliki dua mitra di Sidoardjo, Jawa Timur. Dalam kerjasama kemitraan ini, ada paket investasi senilai Rp 70 juta. Investasi itu sudah termasuk fasilitas mobil. "Mobil yang kami berikan berupa mobil VW Combi," ujarnya. Selain itu ada juga fasilitas peralatan es krim, burner, kitchen set, pisau, tabung elpiji, kompor gas dua mata tungku, lima botol saus, dua stick gorengan, supit, wajan teflon, bahan baku awal, dan trainning. Tentunya mobil ini akan dirancang layaknya toko berjalan. Untuk brand, mitra dibebaskan mengusung merek sendiri. Kemitraan ini tidak memungut franchise fee dan royalty fee Bila mitra juga ingin berjualan burger atau kebab, maka mitra harus merogoh biaya tambahan untuk bahan baku minimal Rp 6 juta per bulan. Mitra diperkirakan bisa meraup omzet sekitar Rp 30 juta hingga Rp 45 juta per bulan. Syaratnya, mitra harus beroperasi minimal 12 jam dalam sehari. Dengan laba sekitar 30%, mitra diperkirakan sudah bisa balik modal sekitar satu tahun sejak beroperasi. Ketua Asosiasi Franchise Indonesia (AFI), Anang Sukandar menilai, persaingan bisnis es krim sudah sangat ketat. Selain harus bersaing dengan merek-merek lokal dan baru, para pengusaha es krim juga harus bersaing dengan mereka ternama, seperti Wall's dan Campina.