Tak sepakat soal harga minyak, sinyal Iran tinggalkan OPEC?



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Di tengah penantian pembaruan sanksi oleh Amerika Serikat (AS), Iran mulai menentang kenaikan harga minyak mentah yang lebih tinggi. Bahkan, Iran disinyalir berpotensi mengambil keputusan untuk meninggalkan OPEC dalam waktu dekat.

Sebelumnya Arab Saudi mengharapkan harga bisa naik hingga US$ 80 per barel, namun Iran justru sebaliknya. Seperti dilaporkan Reuters, Senin (7/5), Wakil Menteri Perminyakan Iran Amir Hossein Zamaninia mengatakan, harga ideal minyak mentah seharusnya berkisar US$ 60-US$ 65 per barel.

Pernyataan ini menimbulkan spekulasi Iran berencana melepaskan diri dari OPEC dan kesepakatan pembatasan produksi. Rencananya, pertemuan negara-negara anggota OPEC akan berlangsung bulan depan di Vienna untuk membahas kelanjutan perjanjian pembatasan produksi minyak.


Namun, analis Monex Investindo Faisyal menilai, sangat kecil kemungkinan Iran akan mengambil keputusan keluar dari OPEC dalam waktu dekat. "Terlalu dini untuk menyimpulkan Iran keluar dari OPEC di tengah konflik yang sedang berlangung dengan AS sekarang ini," imbuhnya, Senin (7/5).

Menurut Faisyal, keluarnya Iran dari OPEC akan menjadi bumerang bagi negara itu. Sebab, di tengah kondisi produksi AS yang begitu tinggi, harga minyak masih berpotensi turun. Belum lagi, apabila Arab Saudi ikut mengancam menaikkan produksi, pergerakan harga bakal semakin terancam.

Faisyal meyakini, harga minyak saat ini sangat ditopang oleh kebijakan pemangkasan produksi OPEC. "Kalau harga minyak turun, Iran yang akan merugi. Apalagi minyak adalah komoditas andalannya," imbuhnya.

Mengutip Bloomberg, Senin pukul 14.50 WIB, harga minyak west texas intermediate (WTI) pengiriman Juni 2018 di New York Mercantile Exchange naik 0,93% menjadi US$ 70,37 per barel. Ini level tertinggi sejak Oktober 2014.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Dupla Kartini