Taliban janjikan keamanan saat AS meningkatkan evakuasi warganya dari Kabul



KONTAN.CO.ID - WASHINGTON. Gedung Putih mengatakan pada Selasa (18/8) bahwa Taliban telah berjanji bila warga sipil dapat melakukan perjalanan dengan aman ke bandara Kabul ketika militer AS meningkatkan pengangkutan udara untuk orang Amerika dan Afghanistan yang melarikan diri dari kelompok Islam.

Sekitar 3.200 orang telah dievakuasi oleh militer AS sejauh ini, kata seorang pejabat Gedung Putih, termasuk 1.100 pada Selasa saja yang terdiri dari warga AS, penduduk tetap dan keluarga mereka dalam 13 penerbangan.

Sebelumnya Selasa, Gedung Putih mengatakan bahwa 11.000 warga negara AS tetap berada di dalam negeri, termasuk diplomat, kontraktor dan lainnya, sebagian besar menunggu untuk dievakuasi setelah pengambilalihan Taliban.


Baca Juga: Taliban pastikan wanita Afghanistan tak wajib gunakan burqa

Washington ingin menyelesaikan eksodus sebelum batas waktu penarikan 31 Agustus, dan ribuan tentara AS berada di bandara ketika Pentagon berencana untuk meningkatkan penerbangan jet angkut C-17 yang besar menjadi sebanyak dua lusin sehari.

"Sekarang setelah kami menetapkan alurnya, kami memperkirakan jumlah itu akan meningkat," kata pejabat Gedung Putih yang memberikan angka evakuasi terbaru pada Selasa dan berbicara dengan syarat anonim.

Para pejabat AS mengatakan mereka berhubungan dengan komandan Taliban untuk memastikan operasi penerbangan di Bandara Internasional Hamid Karzai tetap aman dari serangan dan bahwa warga dan warga Afghanistan yang ingin pergi memiliki jalur yang aman.

"Kami tidak memiliki interaksi bermusuhan, tidak ada serangan dan tidak ada ancaman dari Taliban," kata Mayor Jenderal Hank Taylor di Pentagon.

Tetapi juru bicara Departemen Luar Negeri Ned Price mengatakan Selasa bahwa Amerika Serikat dapat memutuskan untuk mempertahankan kehadiran diplomatik intinya, yang sekarang beroperasi di luar bandara setelah kedutaan AS ditutup, setelah 31 Agustus.

Selanjutnya: Facebook bergerak untuk memblokir akun WhatsApp Taliban

Editor: Handoyo .