Meski lahan penghijauan semakin sempit, bukan berarti jasa pembuatan taman sepi peminat. Belakangan ini makin diminati pembuatan taman dalam bentuk vertikal. Pemain usaha jasa pembuatan taman vertikal mulai bermunculan. Taman vertikal atau vertical garden baru dikenal di Indonesia sekitar tahun 2010. Taman vertikal merupakan taman yang dibuat dengan media vertikal. Istilah lainnya adalah vertical landscape, green wall, jardin garden, atau living wall. Pengembang mal dan kluster perumahan baru biasanya menjadikan taman vertikal sebagai bagian dari desain ruangan. “Meski baru beberapa tahun dikenal di Indonesia, peminatnya cukup banyak,” ujar Magnora Chairina, tenaga pemasaran V-ga, perusahaan penyedia jasa pembuatan taman vertikal.Lihat saja, baru satu setengah tahun berdiri, V-ga sudah mengerjakan banyak proyek, seperti taman vertikal di Summarecon Mall Serpong 2 Tangerang, The Stone Hotel di Bali, Gedung Serbaguna Jaya Ancol, billboard vertical garden Coca-Cola, restoran Double-Bay, museum Bank Indonesia, dan puluhan rumah tinggal. “Paling tidak ada sekitar 20 pemesanan per bulan,” ujar Chairina. Jangka waktu pengerjaan taman sangat bergantung pada luas bidang. Untuk lahan seluas 20 meter persegi, biasanya pengerjaannya memakan waktu sampai dua minggu.Salah satu alasan jasa pembuat taman vertikal semakin diminati adalah lahan untuk membuka area hijau di rumah atau perkantoran semakin sempit. Tingginya permintaan itu mendorong Iqbal Mustofa membuka jasa pembuatan taman vertikal di bawah bendera Karya Green Arch sejak sebulan ini. Sebelumnya, Iqbal sudah memiliki jasa desain interior. “Saya lebih banyak mengincar konsumen di perumahan, karena potensi di segmen ini masih besar,” kata Iqbal yang membuka usaha ini di Surakarta, Jawa Tengah.Iqbal melihat bahwa pemain yang menawarkan jasa pembuatan taman vertikal belum banyak. “Di Jawa Tengah, belum banyak yang bermain di lini bisnis ini,” kata Iqbal yang baru sebulan menawarkan jasa tetapi sudah mendapatkan empat proyek itu.Salah satu pemilik V-ga, Sony Gunawan, bilang, tarif jasa ini memang masih dianggap terlalu mahal. Salah satu sebabnya, bahan baku pembuatan bidang taman cukup mahal. “Di luar negeri bisa belasan juta per meter per segi (m²). Di sana, vertical garden merupakan bagian dari seni,” katanya. Selama ini, V-ga menawarkan tarif pembuatan vertical garden mulai Rp 2,1 juta hingga Rp 2,4 juta per m². Keuntungan yang didapat dari usaha ini rata-rata 30%.Chairina mengatakan, luas bidang proyek taman untuk rumah rata-rata 20 m², sedangkan perkantoran atau hotel bisa mencapai 800 m² dalam satu proyek. Dengan menggarap sekitar 20 proyek per bulan, V-ga mampu menghasilkan omzet ratusan juta rupiah hingga miliaran rupiah per bulan.Ahli arsitekturChairina bilang, untuk membuka usaha jasa ini paling tidak harus memiliki seorang arsitek. Sebab, bisnis ini erat kaitannya dengan desain. “Untuk bidang yang luas tentu membutuhkan penanganan yang khusus, misalnya sistem irigasi dan penataan bidangnya. Tidak bisa asal tempel,” ujarnya.Selain ada arsitek, mengelola bisnis ini juga butuh sekitar tiga tenaga kerja tetap yang berfungsi sebagai administrasi dan pemasaran. Investasi kantor juga tidak besar, hanya membutuhkan komputer dan perlengkapan kantor. Modal yang disiapkan sekitar Rp 17 juta. Perinciannya, Rp 6 juta untuk mengurus izin usaha seperti CV dan sisanya untuk investasi perlengkapan kantor.Yang tak kalah penting, Anda harus memiliki rekanan pengusaha tanaman hidup atau nursery. “Bila sudah memutuskan menjalankan usaha dengan serius, artinya sudah menyiapkan tim pemasaran dan sebagainya, sebaiknya kerja sama dengan nursery dilakukan dengan ikatan penandatanganan bukti kerja sama,” ujarnya. Tujuannya, supaya pasokan tanaman dan kualitas tanaman terjaga. Sebab, tanaman merupakan barang pokok dari usaha ini. Untuk mendapatkan rekanan nursery tidak terlalu sulit. Ada beberapa tempat yang menjadi pusat beberapa nursery, seperti di Sawangan, Depok. “Kita bisa mengajukan permintaan jenis tanaman yang sebaiknya ditanam. Biasanya tanaman untuk vertical garden yang berjenis perdu tidak berbatang keras, dan tidak mudah diserang hama,” kata Sony.Perkuat rekananIqbal bilang, sebenarnya membuka usaha ini tidak membutuhkan modal besar. “Asal kita sudah memiliki latar belakang arsitektur, memiliki rekanan nursery, dan punya kenalan tukang yang sudah biasa mengerjakan tugas ini,” katanya. Usaha ini juga tidak memerlukan investasi peralatan tukang. Sebab, pembuatan media taman bisa dilakukan di workshop rekanan, tinggal dipantau saja proses pembuatannya. Media tanam biasanya berupa panel atau baja ringan. Setelah media tanam selesai, proses selanjutnya adalah memasang di bidang vertical garden, lantas tinggal memasang tanaman yang diinginkan sesuai dengan desain. “Kebutuhan tukang bervariasi, mengikuti luas bidangnya,” kata Iqbal. Tukang itu dibayar secara harian. Biasanya nursery rekanan sanggup juga mencarikannya. Yang jelas, ketika pemasangan, tukang-tukang itu tetap harus dipandu. “Kalau sudah punya arsitek, biasanya lebih mudah mencari tukang, karena biasanya sudah memiliki rekanan,” ujar Iqbal.Dalam sekali proyek, pengeluarannya antara lain untuk membeli bahan baku media tanam (32%), tanaman (15%), membayar tukang (15%), pengeluaran operasional promosi, dan gaji karyawan tetap (8%). “Pengeluaran terbesar bukan di tanaman, tapi di pembuatan media tanamnya,” kata Sony. Bila Anda dalam sebulan mampu mengerjakan dua proyek saja, omzet yang mungkin bisa Anda peroleh sudah cukup besar. Pengembalian modalnya tidak menunggu waktu lama. Misalkan, dua proyek tersebut masing-masing seluas 50 m² dengan tarif jasa sekitar Rp 2,1 juta per m², artinya Anda bisa mengantongi omzet sebesar Rp 210 juta per bulan dari bisnis ini. “Keuntungannya bisa sekitar 30%,” kata Sony.Selamat mencoba. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Taman vertikal: Sedikit modal, omzet tebal
Meski lahan penghijauan semakin sempit, bukan berarti jasa pembuatan taman sepi peminat. Belakangan ini makin diminati pembuatan taman dalam bentuk vertikal. Pemain usaha jasa pembuatan taman vertikal mulai bermunculan. Taman vertikal atau vertical garden baru dikenal di Indonesia sekitar tahun 2010. Taman vertikal merupakan taman yang dibuat dengan media vertikal. Istilah lainnya adalah vertical landscape, green wall, jardin garden, atau living wall. Pengembang mal dan kluster perumahan baru biasanya menjadikan taman vertikal sebagai bagian dari desain ruangan. “Meski baru beberapa tahun dikenal di Indonesia, peminatnya cukup banyak,” ujar Magnora Chairina, tenaga pemasaran V-ga, perusahaan penyedia jasa pembuatan taman vertikal.Lihat saja, baru satu setengah tahun berdiri, V-ga sudah mengerjakan banyak proyek, seperti taman vertikal di Summarecon Mall Serpong 2 Tangerang, The Stone Hotel di Bali, Gedung Serbaguna Jaya Ancol, billboard vertical garden Coca-Cola, restoran Double-Bay, museum Bank Indonesia, dan puluhan rumah tinggal. “Paling tidak ada sekitar 20 pemesanan per bulan,” ujar Chairina. Jangka waktu pengerjaan taman sangat bergantung pada luas bidang. Untuk lahan seluas 20 meter persegi, biasanya pengerjaannya memakan waktu sampai dua minggu.Salah satu alasan jasa pembuat taman vertikal semakin diminati adalah lahan untuk membuka area hijau di rumah atau perkantoran semakin sempit. Tingginya permintaan itu mendorong Iqbal Mustofa membuka jasa pembuatan taman vertikal di bawah bendera Karya Green Arch sejak sebulan ini. Sebelumnya, Iqbal sudah memiliki jasa desain interior. “Saya lebih banyak mengincar konsumen di perumahan, karena potensi di segmen ini masih besar,” kata Iqbal yang membuka usaha ini di Surakarta, Jawa Tengah.Iqbal melihat bahwa pemain yang menawarkan jasa pembuatan taman vertikal belum banyak. “Di Jawa Tengah, belum banyak yang bermain di lini bisnis ini,” kata Iqbal yang baru sebulan menawarkan jasa tetapi sudah mendapatkan empat proyek itu.Salah satu pemilik V-ga, Sony Gunawan, bilang, tarif jasa ini memang masih dianggap terlalu mahal. Salah satu sebabnya, bahan baku pembuatan bidang taman cukup mahal. “Di luar negeri bisa belasan juta per meter per segi (m²). Di sana, vertical garden merupakan bagian dari seni,” katanya. Selama ini, V-ga menawarkan tarif pembuatan vertical garden mulai Rp 2,1 juta hingga Rp 2,4 juta per m². Keuntungan yang didapat dari usaha ini rata-rata 30%.Chairina mengatakan, luas bidang proyek taman untuk rumah rata-rata 20 m², sedangkan perkantoran atau hotel bisa mencapai 800 m² dalam satu proyek. Dengan menggarap sekitar 20 proyek per bulan, V-ga mampu menghasilkan omzet ratusan juta rupiah hingga miliaran rupiah per bulan.Ahli arsitekturChairina bilang, untuk membuka usaha jasa ini paling tidak harus memiliki seorang arsitek. Sebab, bisnis ini erat kaitannya dengan desain. “Untuk bidang yang luas tentu membutuhkan penanganan yang khusus, misalnya sistem irigasi dan penataan bidangnya. Tidak bisa asal tempel,” ujarnya.Selain ada arsitek, mengelola bisnis ini juga butuh sekitar tiga tenaga kerja tetap yang berfungsi sebagai administrasi dan pemasaran. Investasi kantor juga tidak besar, hanya membutuhkan komputer dan perlengkapan kantor. Modal yang disiapkan sekitar Rp 17 juta. Perinciannya, Rp 6 juta untuk mengurus izin usaha seperti CV dan sisanya untuk investasi perlengkapan kantor.Yang tak kalah penting, Anda harus memiliki rekanan pengusaha tanaman hidup atau nursery. “Bila sudah memutuskan menjalankan usaha dengan serius, artinya sudah menyiapkan tim pemasaran dan sebagainya, sebaiknya kerja sama dengan nursery dilakukan dengan ikatan penandatanganan bukti kerja sama,” ujarnya. Tujuannya, supaya pasokan tanaman dan kualitas tanaman terjaga. Sebab, tanaman merupakan barang pokok dari usaha ini. Untuk mendapatkan rekanan nursery tidak terlalu sulit. Ada beberapa tempat yang menjadi pusat beberapa nursery, seperti di Sawangan, Depok. “Kita bisa mengajukan permintaan jenis tanaman yang sebaiknya ditanam. Biasanya tanaman untuk vertical garden yang berjenis perdu tidak berbatang keras, dan tidak mudah diserang hama,” kata Sony.Perkuat rekananIqbal bilang, sebenarnya membuka usaha ini tidak membutuhkan modal besar. “Asal kita sudah memiliki latar belakang arsitektur, memiliki rekanan nursery, dan punya kenalan tukang yang sudah biasa mengerjakan tugas ini,” katanya. Usaha ini juga tidak memerlukan investasi peralatan tukang. Sebab, pembuatan media taman bisa dilakukan di workshop rekanan, tinggal dipantau saja proses pembuatannya. Media tanam biasanya berupa panel atau baja ringan. Setelah media tanam selesai, proses selanjutnya adalah memasang di bidang vertical garden, lantas tinggal memasang tanaman yang diinginkan sesuai dengan desain. “Kebutuhan tukang bervariasi, mengikuti luas bidangnya,” kata Iqbal. Tukang itu dibayar secara harian. Biasanya nursery rekanan sanggup juga mencarikannya. Yang jelas, ketika pemasangan, tukang-tukang itu tetap harus dipandu. “Kalau sudah punya arsitek, biasanya lebih mudah mencari tukang, karena biasanya sudah memiliki rekanan,” ujar Iqbal.Dalam sekali proyek, pengeluarannya antara lain untuk membeli bahan baku media tanam (32%), tanaman (15%), membayar tukang (15%), pengeluaran operasional promosi, dan gaji karyawan tetap (8%). “Pengeluaran terbesar bukan di tanaman, tapi di pembuatan media tanamnya,” kata Sony. Bila Anda dalam sebulan mampu mengerjakan dua proyek saja, omzet yang mungkin bisa Anda peroleh sudah cukup besar. Pengembalian modalnya tidak menunggu waktu lama. Misalkan, dua proyek tersebut masing-masing seluas 50 m² dengan tarif jasa sekitar Rp 2,1 juta per m², artinya Anda bisa mengantongi omzet sebesar Rp 210 juta per bulan dari bisnis ini. “Keuntungannya bisa sekitar 30%,” kata Sony.Selamat mencoba. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News