JAKARTA. Emiten pelayaran dan penggalangan kapal, PT Soechi Lines (SOCI) baru menambahkan kapasitas total Dead Weight Tonnage (DWT) milik perseroan menjadi 1,61 juta DWT dengan pembelian kapal Medium Range pada Juli 2017. Dengan pembelian armada anyar tersebut, kini perseroan memiliki total 39 armada, dengan variasi mulai dari 308.592 DWT untuk kelas Very Large Crude Carrier (VLCC) hingga kapal kecil untuk penggunaan umum dengan kapasitas 1.498 DWT. Untuk tingkat utilisasi sendiri, Paula Marlina, selaku Direktur Keuangan mengaku mampu menjaga stabilitas perseroan dengan menjaga tingkatan di atas 80%. Hingga kuartal 1 2017, perseroan memiliki tingkat utilisasi di angka 84,9%. Hingga kuartal 1 2017, perseroan membukukan total pendapatan sebesar US$ 32,5 juta. Angka ini turun tipis dari kuartal 1 2016 yang sebesar US$ 33,1 juta. Dari total tersebut, pendapatan dari sektor pelayaran time charter menyumbang 61,8% dari total revenue atau sebesar US$ 20,1 juta. Pendapatan dari spot charter dan bisnis galangan kapal memberi sumbangan minoritas, yaitu masing-masing US$ 7,9 juta dan US$ 4,5 juta. Sekadar informasi, per Maret 2017 perseroan sudah mengantungi kontrak sebesar US$ 305 juta. Nilai tersebut berasal dari kontrak time charter sebesar US$ 269 juta dan kontrak galangan kapal senilai US$ 36 juta. Walaupun sektor galangan kapal masih menjadi sumbangan terkecil, perseroan mengakui bahwa sektor tersebut masih prospektif lantaran lokasinya yang strategis. Melalui anak perusahaannya, PT Multi Ocean Shipyard untuk sektor galangan kapal yang dimiliki perseroan, berlokasi di Tanjung Balai Karimun, Kepulauan Riau yang sekaligus sebagai Free Trade Zone (FTZ). Sekadar informasi, di Indonesia ada 3 FTZ yaitu di Batam dan Bintan. Paula menambahkan, lokasi galangan kapal milik perseroan ini diapit oleh Selat Malaka dan Singapura yang dikenal sebagai jalur pusat pelayaran internasional. "Walau baru beroperasi di 2012, dalam waktu 3 sampai 4 tahun udah mengerjakan 8 unit kapal. Dulu di Indonesia hanya untuk repair dan maintenance, tapi sekarang digenjot agar bikin kapal baru," tambah Paula. Untuk target tahun ini, Paula tidak mau sesumbar. Perseroan menargetkan menjaga stabilitas pendapatan seperti tahun 2016 di angka US$ 130 juta. Untuk belanja modal (capex) sendiri, perseroan menyiapkan anggaran sekitar US$ 30-50 juta untuk persiapan tender. "Kalau menang tender nanti dikabarkan lagi, mungkin akan tambah lagi capexnya," tambah Paula. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Tambah kapal, total armada SOCI jadi 39 unit
JAKARTA. Emiten pelayaran dan penggalangan kapal, PT Soechi Lines (SOCI) baru menambahkan kapasitas total Dead Weight Tonnage (DWT) milik perseroan menjadi 1,61 juta DWT dengan pembelian kapal Medium Range pada Juli 2017. Dengan pembelian armada anyar tersebut, kini perseroan memiliki total 39 armada, dengan variasi mulai dari 308.592 DWT untuk kelas Very Large Crude Carrier (VLCC) hingga kapal kecil untuk penggunaan umum dengan kapasitas 1.498 DWT. Untuk tingkat utilisasi sendiri, Paula Marlina, selaku Direktur Keuangan mengaku mampu menjaga stabilitas perseroan dengan menjaga tingkatan di atas 80%. Hingga kuartal 1 2017, perseroan memiliki tingkat utilisasi di angka 84,9%. Hingga kuartal 1 2017, perseroan membukukan total pendapatan sebesar US$ 32,5 juta. Angka ini turun tipis dari kuartal 1 2016 yang sebesar US$ 33,1 juta. Dari total tersebut, pendapatan dari sektor pelayaran time charter menyumbang 61,8% dari total revenue atau sebesar US$ 20,1 juta. Pendapatan dari spot charter dan bisnis galangan kapal memberi sumbangan minoritas, yaitu masing-masing US$ 7,9 juta dan US$ 4,5 juta. Sekadar informasi, per Maret 2017 perseroan sudah mengantungi kontrak sebesar US$ 305 juta. Nilai tersebut berasal dari kontrak time charter sebesar US$ 269 juta dan kontrak galangan kapal senilai US$ 36 juta. Walaupun sektor galangan kapal masih menjadi sumbangan terkecil, perseroan mengakui bahwa sektor tersebut masih prospektif lantaran lokasinya yang strategis. Melalui anak perusahaannya, PT Multi Ocean Shipyard untuk sektor galangan kapal yang dimiliki perseroan, berlokasi di Tanjung Balai Karimun, Kepulauan Riau yang sekaligus sebagai Free Trade Zone (FTZ). Sekadar informasi, di Indonesia ada 3 FTZ yaitu di Batam dan Bintan. Paula menambahkan, lokasi galangan kapal milik perseroan ini diapit oleh Selat Malaka dan Singapura yang dikenal sebagai jalur pusat pelayaran internasional. "Walau baru beroperasi di 2012, dalam waktu 3 sampai 4 tahun udah mengerjakan 8 unit kapal. Dulu di Indonesia hanya untuk repair dan maintenance, tapi sekarang digenjot agar bikin kapal baru," tambah Paula. Untuk target tahun ini, Paula tidak mau sesumbar. Perseroan menargetkan menjaga stabilitas pendapatan seperti tahun 2016 di angka US$ 130 juta. Untuk belanja modal (capex) sendiri, perseroan menyiapkan anggaran sekitar US$ 30-50 juta untuk persiapan tender. "Kalau menang tender nanti dikabarkan lagi, mungkin akan tambah lagi capexnya," tambah Paula. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News