KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Memasuki paruh kedua tahun ini, PT Bank Rakyat Indonesia Agroniaga atau BRI Agro tengah bersiap menyambut status baru. Jika proses
rights issue berjalan mulus pada September mendatang, anak usaha PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) ini bakal resmi masuk dalam jajaran bank BUKU III dengan modal inti di atas Rp 5 triliun. Sesuai jadwal, BRI Agro direncanakan menggelar Penawaran Umum Terbatas saham
rights issue pada 12 September 2018 nanti. Melalui
rights issue ini, emiten berkode saham
AGRO ini menerbitkan 5 miliar saham baru dan ditargetkan meraup dana segar sebesar Rp 2 triliun. Di samping memperkuat struktur permodalan, BRI Agro juga fokus menggenjot pertumbuhan kredit. Belum lama ini, BRI Agro resmi melakukan kerja sama dengan PT Perkebunan Nusantara (PTPN) III untuk penyaluran pembiayaan sekitar Rp 744 miliar.
Selanjutnya, Direktur Utama BRI Agro Agus Noorsanto mengungkapkan, pihaknya segera menjalin kerja sama dengan PT Wonokoyo Jaya Corporindo (Winokoyo Group), perusahaan perunggasan yang berbasis di Jawa Timur, untuk meningkatkan penyaluran kredit ritel. Agus menjelaskan, penyaluran pembiayaan akan ditujukan untuk mitra-mitra bisnis Winokoyo Group yang telah diseleksi sebelumnya, meliputi bisnis pakan jagung dan tembakau. "Kami akan masuk ke sana dan sudah meneken kontrak. Untuk tahun ini, kami mengalokasikan pembiayaan sekitar Rp 200 miliar," kata Agus kepada KONTAN, Jumat (27/7). Tak hanya itu, Agus juga membeberkan, BRI Agro juga menggandeng Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (Kempupera) untuk menyalurkan pembiayaan rumah untuk karyawan berpenghasilan rendah. Strategi kredit Karyawan pekerja sektor agribisnis yang merupakan nasabah bakal menjadi sasaran program kerjasama BRI Agro dan Kemenpupera ini. "Tahun ini kami targetkan bisa mencapai 1.500 rumah dengan
share-bank Rp 100 juta per unit rumah. Ini juga dalam upaya mewujudkan
green-banking, di mana rumah yang dibangun nantinya memenuhi konsep ramah lingkungan," ujar Agus. Asal tahu saja, selama ini BRI Agro memiliki strategi tiga segmentasi kredit, yaitu segmen ritel, menengah, dan konsumer. Tahun lalu, segmen ritel mencatat pertumbuhan kredit paling tinggi sebesar 62,38%
year-on-year (yoy) sebesar Rp 3,37 triliun. Segmen menengah tumbuh 29,13% yoy menjadi Rp 6,96 triliun. Sementara, segmen konsumer justru turun 8,51% yoy menjadi Rp 657 miliar. Oleh karena itu, Agus bilang, tahun ini penyaluran kredit untuk segmen ritel menjadi salah satu fokus utama. Untuk mengerek penyaluran kredit segmen konsumer, BRI Agro pun tengah menyiapkan produk berbasis tekfin
yang targetnya bakal diluncurkan pada akhir kuartal ketiga tahun ini. "Belum bisa saya jelaskan detailnya, tapi untuk produk ini, teknologi informasi (TI) dan infrastrukturnya disiapkan oleh induk dan BRI Agro yang akan menjalankan sepenuhnya," ungkap Agus. Melalui produk konsumer berbasis digital ini, Agus berharap pertumbuhan kredit segmen konsumer bisa positif di penghujung tahun ini. Hingga semester I-2018, ia menyatakan, jumlah kredit konsumer yang tersalurkan sudah mencapai Rp 700 miliar dengan debitur terbanyak karyawan, pensiunan, perumahan, dan kendaraan. Hingga akhir tahun, targetnya kredit konsumer bisa bertambah sekitar Rp 400 miliar lagi. Di samping itu, BRI Agro juga berupaya menjaga penyaluran kredit usaha rakyat (KUR) meski bukan garapan bisnis intinya. Hingga akhir Juni, penyaluran yang sudah berjalan mencapai Rp 10 miliar. Nilai itu masih terlalu kecil dibanding target perusahaan yang bisa menyalurkan KUR sebesar Rp 144 miliar sampai akhir tahun. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Yudho Winarto