KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Bank Victoria International Tbk (
BVIC) berencana melakukan penguatan modal tahun ini. Bank kategori II ini akan menggelar penerbitan saham dengan hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD) atau
right issue. Hanya saja, Bank Victoria belum menyebutkan jumlah jumlah dana yang akan ditargetkan. "Tahun ini ada penambahan modal dari pemegang saham. Tapi saya belum bisa sebutkan jumlahnya," kata Ahmad Fajar, Direktur Utama Bank Victoria di Jakarta, Jumat (15/3). Selain itu, bank ini juga membuka diri bagi investor strategis untuk masuk untuk melakukan penguatan modal agar perusahaan bisa naik kelas menjadi kategori Bank Umum Kegiatan Usaha (BUKU) III.
Meski membuka diri, hingga saat ini Bank Victoria belum mendapatkan calon investor strategis. "Semua bank selalu membuka diri untuk investor strategis tapi tentunya kita harus tahu pemilik tidak ingin langsung jual saham sekaligus. Kalau ada yang kita persilahkan. " tutur Ahmad. Target Bank Victoria untuk naik kelas memang masih lama. Bank swasta ini menargetkan akan naik dari BUKU II menjadi BUKU III dalam tiga sampai lima tahun ke depan. Tahun ini, mereka masih ingin menfokuskan diri menjaga pertumbuhan bisnis secara sehat. Tahun ini, Bank Victoria menargetkan margin bunga bersih atau
Net Interest Margin (NIM) sekitar 2,5% -2,6%. Tahun lalu, mereka juga mencatatkan NIM sebesar 2,5%. Sementara untuk laba bersih tahun ini ditargetkan mencapai Rp 130 miliar, akan lebih baik dari tahun sebelumnya. Ahmad bilang, tahun lalu laba bersih mereka mengalami penurunan lantaran banyak melakukan pembiayaan di sektor
multifinance. Seperti diketahui sektor tahun lalu dilanda kelesuan. Hanya saja, dia belum bersedia menyebutkan realisasi tahun 2018. "Hampir semua bank yang punya kredit di
multifinance turun
profit-nya. Tahun ini kita akan selektif dalam menyalurkan kredit di sektor ini. Ada beberapa
multifinance yang tahun lalu masih bagus, tahun ini turun. Tahun ini kita akan konsolidasi dan mau
recovery NPL, " jelasnya. Untuk penyaluran kredit, Bank Victoria membidik pertumbuhan 13%-14% tahun ini atau sebesar Rp 1,7 triliun. Lebih tinggi dari realisasi tahun lalu yang tumbuh sebesar 6%. Di dua bulan pertama tahun ini, realisasi kredit bank ini sudah tumbuh Rp 500 miliar. Penopang kredit Bank Victoria di awal tahun adalah sektor manufaktur, properti apartemen dan hotel, serta
trading. Tahun ini, bank ini belum bermain di sektor konsumer dan hanya fokus ke kredit korporasi. Ahmad mengatakan, sektor konsumer baru akan digenjot tahun depan sejalan dengan rencana meluncurkan Victoria Internet Banking bulan depan. Dengan adanya
internet banking, mereka akan memiliki
virtual account sehingga bisa menggarap lebih banyak
payroll atau bisnis pengeloaan kas.
Bank Victoria juga akan menjaga kualitas aset dengan rasio
Non Performing Loan (NPL) 2,5%. Membaik dari posisi akhir tahun 2018 yang tercatat sebesar 3,8%. Sementara untuk rasio kredit terhadap dana atau
Loan to Deposit Ratio (LDR), ditargerkan sekitar 76%-79%. Itu meningkat dari tahun lalu yang tercatat sebesar 72%. LDR Bank Victoria tahun lalu cukup longgar karena sekitar Rp 10 triliun dari Rp 30 triliun aset mereka dimasukkan ke surat berharga. "Tahun ini kita mau tambah LDR ini dengan mendorong kredit karena kalau terlalu rendah juga kena
charge dari otoritas. " kata Ahmad. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Tendi Mahadi