KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Nickel Industries Limited (NIC) ingin meningkatkan kontribusi energi terbarukan dalam bauran energinya. Atas rencana tersebut, perusahaan asal Australia itu telah menandatangani perjanjian sewa operasional dan layanan dengan perusahaan pengembang energi surya, yaitu PT Sumber Energi Surya Nusantara (SESNA), Rabu (4/10). Managing Director NIC, Justin C. Werner, mengatakan NIC berambisi menggunakan energi terbarukan dengan hingga satuan gigawatt dalam jangka panjang. Kerja sama dengan SESNA merupakan bagian dari langkah NIC dalam mewujudkan ambisi jangka panjang tersebut.
“Proyek ini merupakan bagian dari langkah kami untuk mereduksi emisi karbon,” ujar Werner saat ditemui usai acara penandatanganan di Hutan Kota by Plataran, Jakarta Pusat, Rabu (4/10).
Baca Juga: Pemerintah Akan Batasi Ekspor Komoditas yang Masuk Klasifikasi Mineral Kritis Sedikit informasi, NIC memiliki 80% saham di perusahaan tambang nikel pemasok bijih limonit dan saprolit high-grade ke Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP), yaitu PT Hengjaya Mineralindo. Perusahaan ini juga mengoperasikan 12 lines rotary kiln electric furnace (RKEF). NIC memiliki pertambangan dan pengolahan nikel terintegrasi dengan aset utama yang berlokasi di dalam atau dekat dengan Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP), Sulawesi, dan Indonesia Weda Bay Industrial Park (IWIP), Halmahera. Sebelumnya, NIC telah memiliki kerja sama dengan SESNA untuk penyediaan sistem tenaga surya dengan kapasitas 396 kWp + 250 kWh BESS untuk kamp dan area perkantoran di PT Hengjaya Mineralindo. Penandatanganan perjanjian sewa operasional dan layanan dengan SESNA pada Rabu (4/10) merupakan perpanjangan kolaborasi menyusul keberhasilan kerja sama tersebut. Lewat perpanjangan kerja sama ini, SESNA bakal mengembangkan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) berupa solar power plant berkapasitas puncak 200 Megawatt peak (MWp) dengan baterai berkapasitas 20 MWh untuk medukung kebutuhan energi operasional smelter NIC di IMIP. Energi tersebut akan dimanfaatkan untuk industri smelter nikel milik NIC. Pengembangan PLTS itu diproyeksikan akan membutuhkan dana mencapai US$ 150 juta. Hitungan manajemen, Energi dari solar power plant SESNA akan berkontribusi sebesar 18-20% dari total energi yang dibutuhkan NIC. Pendiri dan CEO SESNA Group Rico Syah Alam mengatakan, SESNA percaya diri dalam menyelesaikan proyek dengan NIC.
“Kami sebelumnya sudah punya pilot project (dengan NIC), jadi ini akan menjadi kerja sama kami yang kedua,” tuturnya. “Tantangan paling sulit dalam instalasi PLTS ground-mounted adalah bagaimana mencari lahan yang paling cocok, dan kami sudah mengatasi tantangan itu,” imbuhnya lagi.
Baca Juga: Pemerintah Buka Kesempatan Eksplorasi Baru Cari Cadangan Nikel Tambahan Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Khomarul Hidayat