Tambah satelit, bisnis PSN ditarget tumbuh 15%



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Pasifik Satelit Nusantara (PSN) menargetkan ke depan pertumbuhan pendapatan hingga double digit dengan beroperasinya Satelit PSN VI. Satelit anyar ini ditargetkan beroperasi pada akhir 2018.

Melalui penambahan satelit PSN VI, perusahaan ini menyebut akan ada penambahan kapasitas hingga dua kali lipat. Sebagai gambaran, untuk saat ini kapasitas satelit yang dimiliki PSN sebesar 3 Gbps. Dengan satelit yang baru bisa jadi 10 sampai 12 Gbps.

Setelah Satelit PSN VI mulai beroperasi, pada tahun 2019 nanti perusahaan ini membidik target pertumbuhan pendapatan double digit hingga 15%. Sementara di 2018 target pertumbuhan pendapatan berkisar 10% dibanding 2017. 


Anggarini Surjaatmadja, Direktur Strategi dan Korporasi PSN mengatakan, bisnis satelit menjadi tulang punggung PSN dan berkontribusi hampir 90% terhadap total pendapatan perusahaan. Sementara sisanya disumbang dari bisnis lain seperti integrated solution dan IT based.

"Kompetensi inti kami memang satelit. Sebenarnya ada juga sistem integrasi berbasis IT, tetapi kontribusinya kecil. Lebih banyak satelit," ujar perempuan yang akrab disapa Yani kepada Kontan.co.id, Selasa (5/12).

Dia menjelaskan, pelanggan PSN dalam satu tahun terakhir cukup berimbang, baik dari pemerintah maupun korporasi. Adapun pemerintah, melalui programnya yakni Universal Service Obligation (USO).

Mengutip laman resmi perusahaan ini, program tersebut sudah berjalan sejak tahun 2003 di sekitar 3.000 desa di penjuru Indonesia. Adapun, dari korporasi, PSN memiliki pelanggan dari berbagai sektor di antaranya perbankan, perkebunan, dan operator seluler. "Karena BTS belum menjangkau area terpencil, sehingga mereka menggunakan satelit kita," ujar Yani.

Meski tidak membeberkan rate secara detail, rate tersebut nantinya bergantung dari kapasitas data. Menurut Yani, sektor perkebunan menggunakan kapasitas data paling besar dibanding sektor-sektor lain.

Hingga saat ini, kontribusi dari sektor perbankan sebesar 25%. Sementara 50% dari perkebunan, sisanya ada pula yang berasal dari store chain maupun operator seluler.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Rizki Caturini