Tambah utang, modal Waskita kuat



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Waskita Karya Tbk (WSKT) baru saja mengantongi dana segar dari penerbitan surat utang awal bulan ini. Emiten pelat merah ini telah mencatatkan obligasi berkelanjutan III tahap I 2017 senilai Rp 3 triliun.

Rencananya, sekitar 80% dana dari hasil penerbitan obligasi akan digunakan untuk modal kerja, yakni pekerjaan konstruksi bangunan sipil, gedung, dan rancang bangun konstruksi alias engineering procurement construction (EPC).

Sedangkan sisanya 20% akan digunakan untuk investasi di anak usaha. Dari jumlah itu akan dibagi lagi sebesar 80% untuk penyertaan modal di PT Waskita Toll Road (WTR) dan 20% pada PT Waskita Karya Realty (WKR).


Raphon Prima, analis NH Korindo, mengatakan, dengan keberhasilan penerbitan surat utang senilai Rp 3 triliun ini kebutuhan modal kerja perusahaan akan jadi lebih ringan. Per akhir kuartal II, WSKT memiliki jumlah kontrak mencapai Rp 120 triliun. "Meski utangnya bertambah tetapi menurut saya ini masih bisa dipertanggungjawabkan, ujar Raphon kepada KONTAN, Kamis (12/10).

Hanya saja, Raphon mengingatkan potensi peningkatan beban bunga yang harus ditanggung WSKT. Tahun 2016 saja, beban bunga perseroan ini sudah mencapai kisaran Rp 900 juta. Bukan tidak mungkin dengan pinjaman yang terus bertambah, bunga bisa melampaui Rp 1 triliun. Ia melihat perusahaan pelat merah itu perlu melakukan restrukturisasi utang.

Nilai pinjaman perbankan yang sudah mencapai sekitar Rp 31 triliun per akhir kuartal II berpotensi menjadi sentimen negatif. Dus, beban bunga perusahaan harus segera dikelola agar jumlahnya tidak terus bertambah.

Salah satunya dengan melakukan restrukturisasi utang lama berkupon tinggi dengan utang baru berkupon rendah. Kalau bicara prospek, sebenarnya dengan order book yang tinggi tahun ini WSKT bisa mencatatkan pertumbuhan pendapatan 67% menjadi Rp 40 triliun dan berlanjut di 2018 sekitar 35% jadi Rp 54 triliun, papar Raphon.

Ia meyakini peluang WSKT untuk tumbuh masih cukup besar. Apalagi jika rencana divestasi bisnis jalan tol benar-benar dilakukan, maka berpotensi menambah perolehan dana segar perusahaan. Dana ini bisa digunakan untuk mengatur kembali tingkat utang perusahaan yang cukup besar.

Keyakinan serupa juga diungkapkan oleh Michael Ramba, analis BCA Sekuritas dalam risetnya tanggal 19 September 2017. Sampai akhir tahun ini, arus kas WSKT dinilai masih cukup aman. Dengan posisi kas sebesar Rp 7,5 triliun di akhir kuartal II, ditambah perolehan obligasi Rp 3 triliun, akan mampu mencukupi kebutuhan pendanaan perusahaan.

Namun, tahun depan, ada potensi perlambatan perolehan kontrak baru dan eksekusi kontrak. Michael menghitung, dana yang dibutuhkan untuk proyek di 2018 sekitar Rp 50 triliun. Setelah ditutup pendapatan divestasi tol Rp 30 triliun, masih terdapat kekurangan sekitar Rp 20 triliun. Kemungkinan terburuknya, tahun depan WSKT perlu melonggarkan DER (debt equity ratio) hingga 2 kali..

Franky Rivan, analis Mirae Assset Sekuritas Indonesia, juga melihat penerbitan obligasi senilai Rp 3 triliun akan memperbesar DER perusahaan. Jika posisi tertinggi DER WSKT hanya berada di level 1,5 kali, maka setelah ditambah dengan pinjaman Rp 5 triliun dari Sumitomo dan penerbitan obligasi, maka DER WSKT berpotensi bertambah hingga ke level 2 kali.

Kami pikir akan sulit bagi WSKT meringankan posisi neracanya di masa depan, karena dana yang diterima akan digunakan untuk proyek turnkey, ujar Franky dalam riset 26 September lalu.

Menurut dia, dengan proyek turnkey yang cukup besar, maka akan terus dibutuhkan peningkatan modal. Tahun 2018 nanti, diperkirakan WSKT akan mendapat dana segar senilai Rp 30 triliun dari proyek LRT Palembang dan penyelesaian jalan tol.

Lantaran kinerja perseroan yang cukup positif hingga Agustus lalu, Franky baru saja mengubah rekomendasinya terhadap WSKT dari hold menjadi buy. Dengan estimasi perolehan pendapatan yang lebih tinggi dari target awal Rp 2,8 triliun menjadi Rp 3,6 triliun di tahun ini, menurut Franky, valuasi saham saat ini masih sangat murah.

Asal tahu saja, sampai akhir kuartal II, WSKT telah mencatatkan kenaikan pendapatan hampir dua kali lipat. Selama semester I, pendapatan yang dibukukan Rp 15,55 triliun, naik dari periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 8,08 triliun. Sedangkan laba bersih mencapai Rp 1,28 triliun, naik sekitar 118,66%.

Franky, Michael dan Raphon kompak merekomendasikan buy saham WSKT dengan target harga masing-masing Rp 2.200, Rp 2.350 dan Rp 3.240 per saham. Kamis (12/10), harga saham WSKT Rp 1.830 per saham naik 0,83% dari hari sebelumnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Dupla Kartini