Tambahan Pasokan Minyak dari Libya dan Pulihnya Pelabuhan AS Tekan Harga Minyak



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga minyak dunia terkoreksi pada Jumat (4/10) pagi. Melemahnya harga minyak dibebani potensi tambahan pasokan dari Libya, dan kembali pulihnya aktivitas di pelabuhan AS.

Berdasarkan data Trading Economics, harga minyak WTI berada di US$ 73,57 per barel pada Jumat (4/10) pukul 11.13 WIB. Dalam 24 jam terakhir terkoreksi 0,17%, sementara sepekan terakhir masih naik 7,97%.

Research and Development ICDX Girta Yoga mengatakan, Pemerintah Libya dan National Oil Corp pada Kamis (3/10) mengumumkan mencabut status force majeure. Lalu membuka kembali semua ladang minyak dan pelabuhan ekspor, yang menandai berakhirnya sengketa atas kepemimpinan bank sentral.Menurutnya, hal itu mengindikasikan potensi tambahan pasokan di pasar minyak global.


"Pulihnya produksi Libya ke kapasitas sebelum penutupan di ladang minyak Sharara, El Feel dan Essider, sekitar 1,2 juta bph," tulisnya dalam riset, Jumat (4/10).

Baca Juga: Harga Minyak Dunia Naik Tipis di Tengah Konflik Timur Tengah Jumat (4/10) Pagi

Turut membebani pergerakan lebih lanjut, pekerja dermaga dan operator pelabuhan AS yang mencapai kesepakatan sementara. Ini sekaligus mengakhiri aksi pemogokan terbesar dalam hampir setengah abad yang berlangsung selama tiga hari dan melumpuhkan seluruh aktivitas pengiriman di Pantai Timur dan Gulf Coast AS.

Di sisi lain, meningkatnya ketegangan di Timur Tengah menahan penurunan harga minyak lebih jauh. Sentimen positif lainnya datang dari produksi minyak OPEC+ yang dilaporkan turun pada bulan September ke level terendah tahun ini.

Total output dari aliansi tersebut mencapai 26,14 juta bph pada bulan September, turun 390.000 bph. Kontribusi penurunan sebesar 300.000 bph berasal dari Libya yang mengalami gangguan ekspor dan produksi akibat sengketa atas kendali bank sentral.

Girta melihat harga minyak berpotensi menemui posisi resistance terdekat di level US$ 76 per barel. Namun, apabila menemui katalis negatif maka harga berpotensi turun ke support terdekat di level US$ 71 per barel.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Putri Werdiningsih