Tambahan pinjaman program US$ 1,3 miliar berada dalam pipeline Kemkeu?



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kementerian Keuangan (Kemkeu) telah membuka opsi untuk memperbesar penarikan pinjaman program (program loan) dari yang ditargetkan sebelumnya. Hal ini adalah salah satu strategi pembiayaan di tengah ketidakpastian ekonomi global.

Pinjaman program merupakan salah satu instrumen pembiayaan utang pemerintah selain penerbitan Surat Berharga Negara (SBN). Pinjaman program selama ini bersumber dari lembaga bilateral dan multilateral.

Direktur Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kemkeu Luky Alfirman mengatakan, saat ini pemerintah sudah memiliki jumlah untuk penarikan tambahan ini.


“Kami yang ini pipeline sudah US$ 1,3 miliar tambahan,” ujarnya di Gedung Kementerian Sosial, Jakarta, Senin (30/7).

Sebelumnya, Direktur Surat Utang Negara Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kemkeu Loto Srinaita Ginting mengatakan, dengan memperbesar penarikan pinjaman program dari yang direncanakan sebelumnya, maka penerbitan SBN yang terdampak risiko global akan berkurang.

Adapun, dengan masuknya pinjaman program tersebut, secara bersamaan akan dapat menambah cadangan devisa. Dengan penarikan pinjaman program yang lebih besar dari target, para kreditur berpeluang menambah alokasi pinjaman yang dapat ditarik dari yang sudah tersedia di pipeline.

Tahun ini, pemerintah memiliki prognosis defisit anggaran akhir tahun hanya mencapai Rp 314,23 triliun atau 2,12% dari PDB sehingga total pembiayaan akhir tahun juga diperkirakan lebih rendah dari target APBN 2018. Dengan begitu maka pembiayaan utang diperkirakan turun menjadi Rp 387,36 triliun atau hanya 97% dari target sebelumnya Rp 399,22 triliun.

"Penurunan pembiayaan utang bisa mengurangi instrumen SBN proporsional ke tenor-tenor menengah panjang," kata Loto.

Asal tahu saja, pada tahun 2018, pemerintah merencanakan pinjaman tunai yang berupa pinjaman program dengan basis kebijakan yang disepakati antara pemerintah dengan pemberi pinjaman. Penarikan pinjaman tunai dalam APBN tahun 2018 direncanakan sebesar US$ 1,0 miliar atau ekuivalen Rp 13.400,0 miliar.

Angka perencanaan itu turun 33,3% jika dibandingkan dengan outlook tahun 2017 sebesar Rp 20.100,0 miliar. Penurunan ini telah mempertimbangkan indikasi komitmen pendanaan dari mitra pembangunan (development partners) bilateral dan multilateral, biaya dan risiko portofolio utang.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yudho Winarto