KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pelemahan rupiah terhadap dollar Amerika Serikat (AS) memberikan tantangan berat bagi industri penerbangan. Catatan saja, nilai tukar rupiah kini sudah mendekati angka Rp 15.000 per dollar AS. Bagi maskapai Citilink, setidaknya ada dua komponen biaya yang cukup besar dalam dollar AS. Pertama biaya sewa pesawat yang memakan 35% dari total pengeluaran dan avtur yang memakan 40% dari total pengeluaran. Kedua, komponen itu saja jika ditotal artinya Citilink harus membayarkan 75% beban perusahaan dalam bentuk dollar AS. Direktur Utama Citilink Indonesia, Juliandra Nurtjahjo mengatakan, salah satu upaya untuk menanggulangi risiko tekanan pelemahan rupiah terhadap dolar melalui peningkatan frekuensi pesawat. “Frekuensi saat ini sekitar 10 jam dan akan meningkat 11 jam,” katanya, Jumat (7/9).
Tambahkan frekuensi penerbangan menjadi agenda Citilink hadapi pelemahan nilai tukar
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pelemahan rupiah terhadap dollar Amerika Serikat (AS) memberikan tantangan berat bagi industri penerbangan. Catatan saja, nilai tukar rupiah kini sudah mendekati angka Rp 15.000 per dollar AS. Bagi maskapai Citilink, setidaknya ada dua komponen biaya yang cukup besar dalam dollar AS. Pertama biaya sewa pesawat yang memakan 35% dari total pengeluaran dan avtur yang memakan 40% dari total pengeluaran. Kedua, komponen itu saja jika ditotal artinya Citilink harus membayarkan 75% beban perusahaan dalam bentuk dollar AS. Direktur Utama Citilink Indonesia, Juliandra Nurtjahjo mengatakan, salah satu upaya untuk menanggulangi risiko tekanan pelemahan rupiah terhadap dolar melalui peningkatan frekuensi pesawat. “Frekuensi saat ini sekitar 10 jam dan akan meningkat 11 jam,” katanya, Jumat (7/9).