Tambang lithium diburu investor global



KONTAN.CO.ID - QINGHAI. Promosi agresif mobil listrik, terutama oleh China, telah memicu perburuan lithium global. Seperti diketahui, lithium saat ini merupakan bahan baku utama dalam pembuatan baterai bagi mobil listrik.

Lithium merupakan unsur kimia berlambang Li, yang memiliki kemampuan menyimpan energi elektrokimia lebih tinggi ketimbang unsur kimia lain. Oleh karena itu, lithium banyak dipakai dalam produksi baterai bagi perangkat mobile.

China kini menjadi negara pemakai lithium terbesar, setara 40% dari produksi lithium dunia. Sedangkan cadangan lithium China diperkirakan mencapai 20% dari total cadangan di dunia.


Seperti diberitakan Nikkei, Minggu (10/12), China merupakan negara pemilik cadangan lithium terbesar kedua dunia, setelah Cile. Tambang lithium China terpusat di danau Chaerhan Slat Lake, di Provinsi Qinghai. Lokasinya berada di ketinggian 3.000 meter dan beriklim dingin nan sejuk.

Danau tersebut dijejali dengan butiran garam kering, sehingga tampak berkilauan. Masyarakat setempat pun menamainya dengan istilah "mirror of the sky". Di kawasan inilah 83% cadangan lithium China terpendam.

Menjamurnya perangkat mobile, menyebabkan kebutuhan lithium kian melonjak. Dus harga lithium kini sudah nangkring di level US$ 25.700 atau setara dengan Rp 348,24 juta per ton (kurs US$ 1=Rp 13.550). Harga lithium tersebut melonjak tiga kali lipat dibandingkan dua tahun lalu.

Industri China sadar betul akan pentingnya penguasaan aset strategis ini. "Kami harus mengamankan sumber daya lithium, untuk kendaraan listrik," tutur Heyi Xu, Chairman Beijing Automotive Group (BAG), seperti ditulis Nikkei, 27 November 2017 lalu. Heyi Xu menceritakan, perusahaannya kini tengah bernegosiasi dengan Pemerintah Cile, sebagai pemilik cadangan terbesar lithium dunia.

Inti negosiasi tersebut adalah, BAG bermaksud berinvestasi dan bekerjasama dalam pengembangan penambangan lithium, produksi baterai serta perakitan kendaraan listrik.

BAG tak sendiri, ada juga BYD Co Ltd, perusahaan otomotif China yang juga siap berinvestasi di Cile, terkait lithium. Bahkan, salah satu pemasok lithium di China, Tianqi Group sudah lebih dulu membeli 2% saham SQM Cile, salah satu perusahaan logam terbesar di Cile, yang juga menambang lithium.

Menurut laporan Nikkei, di kawasan Amerika Selatan terdapat dua pertiga cadangan lithium dunia. Tingginya kadar garam di kawasan tersebut, menyebabkan pemrosesan lithium asal Amerika Selatan membutuhkan waktu yang lebih lama.

Lain hanya dengan Australia, yang meski ditaksir hanya memiliki 10% cadangan lithium global, namun mampu memproduksi hingga 40% dari kebutuhan dunia saat ini.

Tak ayal, radar investor China pun juga tertuju ke Australia. Great Wall Motor yang bersepakat memproduksi kendaraan listrik bersama BMW, pagi-pagi sudah membeli 3,5% saham produsen lithium asal Australia, yakni Palibara Minerals yang ditargetkan akan mulai berproduksi pada tahun 2018 mendatang.

Editor: Dupla Kartini