Tambang Poboya belum beroperasi, Bumi Resources (BRMS) bertopang ke jasa konsultasi



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Bumi Resources Minerals Tbk (BMRS) akhirnya berhasil mencetak laba bersih US$ 1,02 juta di kuartal III-2019, setelah pada periode yang sama di tahun lalu merugi.

Perolehan laba tersebut ditopang oleh pendapatan perusahaan yang tumbuh 193,22% secara tahunan (yoy) menjadi US$ 3,46 juta. Investor Relation BMRS Herwin Hidayat menjelaskan saat ini pendapatan perusahaan didapat dari jasa konsultasi pertambangan.

"BMRS masih belum memulai produksinya dari proyek-proyek tambang," jelas Herwin kepada Kontan.co.id, Rabu (30/10).


Baca Juga: Bumi Resources Minerals (BRMS) mengantongi laba US$ 1,02 juta di kuartal III-2019

Kondisi tersebut sepertinya akan berlanjut hingga tahun ini berakhir. Pasalnya, perusahaan memproyeksikan baru bisa memulai operasi dan melakukan uji coba produksi di tambang emas Poboya, Palu, Sulawesi pada akhir tahun.

Herwin menjelaskan, manajemen menargetkan tambang tersebut dapat memproduksi 100.000 ton bijih emas pada tahun pertama. Kemudian, pada tahun kedua beroperasi, mereka menargetkan bisa memproduksi 180.000 ton bijih emas.

"Selanjutnya konsisten di level 180.000 ton bijih emas dari tahun ketiga hingga tahun ketujuh," imbuh dia.

Direktur Utama BRMS Suseno Kramadibrata dalam keterangan tertulisnya juga mengatakan saat ini perusahaan tengah bekerja sama dengan NFC China untuk menyelesaikan pekerjaan fasilitas infrastruktur di proyek tambang seng dan timah hitam di Dairi, Sumatera Utara.

Baca Juga: Anak Usaha Bumi Resources (BUMI) Menggugat Putusan KPPU di PN Jakarta Selatan premium

Selanjutnya, BRMS juga akan terus berupaya mempercepat jadwal produksi dari proyek tambang emas di Gorontalo Sulawesi.

Lebih lanjut, dalam sembilan bulan ini, Suseno menjelaskan perusahaan tetap memiliki likuiditas yang cukup baik dengan rasio pinjaman terhadap modal sebesar 0,17 kali. Adapun, utang BRMS tercatat US$ 173,19 juta. Sementara itu ekuitas tercatat sebesar US$ 520,36 juta.

Utang BRMS naik 0,8% dari posisi akhir 2018 yang tercatat sebesar US$ 171,81 juta. Kenaikan utang terjadi pada utang jangka pendek dari US$ 62,02 juta menjadi US$ 94,69 juta.

Baca Juga: Bumi Resources (BUMI) sudah cicil utang ketujuh, pembayaran berikutnya Januari 2020

Kenaikan utang jangka pendek didorong oleh naiknya utang lain-lain kepada pihak ketiga dari US$ 903.286 menjadi US$ 32,29 juta.

Apabila ditelusuri, utang lain-lain tersebut berasal dari utang kepada PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) untuk pembelian 20% saham milik ANTM di Dairi Prima Mineral (DPM).

Pelunasan utang tersebut rencananya akan dilakukan dua tahun setelah penandatangan jual beli saham ANTM di DPM.

Baca Juga: Bumi Resources (BUMI) Telah Melunasi Separuh Utang Tranche A

Pada 20 September 2018, perusahaan telah melakukan pembayaran awal atas utang tersebut sebesar US$ 22 juta.

Sehingga perusahaan tidak memiliki kewajiban kontinjensi atas pembayaran terutang kepada ANTM sebesar US$ 3,9 juta. Pada akhir periode pelaporan konsolidasi, kewajiban perusahaan kepada ANTM menjadi sebesar US$ 31,41 juta.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yudho Winarto