Tanah Liat Bangka Belitung Diekspor, Asaki Surati Pemda



JAKARTA. Asosiasi Aneka Industri Keramik Indonesia (Asaki) sudah mengirim surat kepada Pemerintah Daerah Bangka Belitung untuk menghentikan ekspor tanah liat dari wilayahnya. Pasalnya, ekspor tersebut bisa mengancam suplai bahan baku untuk industri keramik domestik. "Setiap bulan setidaknya 50.000 ton bahan baku tanah liat diekspor ke India. Jika ini dilakukan terus menerus, dalam 5 tahun ke depan Indonesia bisa kekurangan bahan baku tanah liat," kata Ketua Asosiasi Aneka Industri Keramik Indonesia (Asaki) Ahmad Wijaya. Industri keramik Indonesia memiliki peluang untuk berkembang dengan pesat. Pasalnya, disamping memiliki pangsa pasar yang luas di pasar domestik maupun ekspor, industri keramik di Indonesia juga memiliki bahan baku yang melimpah.Indonesia memiliki sumber deposit bahan baku untuk industri keramik dalam jumlah yang cukup besar. Sebut saja, untuk bahan baku tanah liat (clay) di beberapa daerah seperti Bangka Belitung, Lampung dan Kalimantan Barat memiliki cadangan yang cukup besar. Berdasarkan data Asaki, bahan baku potensi bahan baku lempung di Bangka Belitung sebesar 10 juta ton, Lampung sebanyak 10 juta ton dan Monterado Kalimantan Barat sebanyak 250.000 ton.Industri keramik nasional menghabiskan konsumsi tanah liat sekitar 100.000 ton per bulan. Total kebutuhan bahan baku industri keramik nasional sebanyak 5,375 juta ton. Rinciannya, sebanyak 2,096 juta ton berupa pasir, sebanyak 1,666 juta ton untuk tanah liat, felspar sebanyak 1,128 juta ton, kaolin 268.769 ton dan bahan baku lainnya sebanyak 215.015.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Editor: