Tanam jengkol, sambil nunggu panen karet



KONTAN.CO.ID -  BANJARBARU - Masyarakat Desa Tebing Siring, Kecamatan Bajuin Kabupaten Tanah Laut, Kalimantan Selatan saat ini tengah mengembangkan hutan sosial dengan skema Hutan Kemasyarakatan (HKm). Dari 400 ha lahan yang sudah mendapat Izin Usaha Pemanfaatan (IUP), dua kelompok tani sudah menggarap lahan seluas 180 ha.

Sejatinya, HKm ini mulai dikelola pada tahun 2012 melalui kegiatan produktivitas agroforestri yaitu penanaman pohon karet, kayu gaharu, pohon jengkol, padi, lombok, labu, jagung, dan pakan lebah, meski para petani belum mendapat IUP.

Mahrus Aryadi, Ketua Kawasan Hutan dengan Tujuan Khusus (KHDTK) Hutan Pendidikan dan Pelatihan Universitas Lambung Mangkurat (ULM) mengatakan, dari total 400 Ha lahan, ada sekitar 180 Ha lahan yang saat ini sedang dikembangkan,baik tanaman produksi maupun buah - buahan.


Sebagai akademisi yang melakukan pembinaan, Mahrus menyebut para kelompok tani sangat gigih dalam mengembangkan lahan. Sebagai gambaran di tanaman karet. Tanaman ini diprediksi bisa panen tahun 2018 atau sekitar 6 bulan sejak awal penanaman.

Sembari menanti hasil panen, lanjut Mahrus, kelompok tani tersebut juga mengembamgkam jengkol yang sudah sejak lama budidayakan.

"Secara ekonomi mereka punya pohon jengkol. Satu pohon (ketika panen) bisa menyumbang Rp 1,5 juta dan satu Kepala Keluarga (KK) nendapat 100 pohon," ujar Mahrus.

Gajali Rahman, Ketua HKm Ingin Maju menyebut, tanaman jengkol selama ini menjadi penopang kehidupan keluarga. Sementara itu, dia berharap agar ke depan ketika panen, tanaman karet bisa semakin berkontribusi terhadap total pendapatan mereka. "Kita berharap ada instansi terkait supaya mendampingi dalam hal pemasaran agar tidak dititipkan ke tengkulak," ujar Gajali.

Ke depan, melalui pendampingan dari ULM, mereka berencana untuk mengembangkan kemiri dan pembuatan pupuk.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Markus Sumartomjon